DIBAWAH LENTERA MERAH Oleh : Soe Hok Gie
Dibawah Lentera Merah
Soe Hok Gie
Yayasan Bentang Budaya, Yogyakarta, 1999
Modified & Authorised by: Edi Cahyono, Webmaster
Disclaimer & Copyright Notice @ 2005 Edi Cahyono's Experience
-1-
EDI CAHYONO EXPERIENCE
**********
Selamanja saja hidoep, selamanja
saja akan berichtiar menjerahkan djiwa
saja goena keperloean ra'jat
Boeat orang jang merasa perboeatanja baik
goena sesama manoesia, boeat orang sepeti
itoe, tiada ada maksoed takloek dan teroes
TETAP menerangkan ichtiarnja mentjapai
Maksoednja Jaitoe
HINDIA MERDIKA DAN SLAMAT
SAMA RATA SAMA KAJA
SEMOEA RA'JAT HINDIA
(Semaoen, 24 Djoeli 1919)
Ucapan Terima kasih
Karangan kecil ini adalah skripsi yang diajukan untuk menempuh ujian Sarjana Muda jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Pembuatan skripsi ini merupakan pengalaman pertama penulis, sehingga penulis mohon maaf jika sekiranya dalam karangan ini terdapat kejanggalan-kejanggalan, baik isi maupun cara pembuatanya yang masih banyak terdapat kesalahan.
Selama proses penulisan skripsi ini, penulis menerima banyak bantuan dari berbagai pihak, baik berupa peminjamaan buku, sumbangan kertas maupun dorongan moril. Juga dari segenap staf perpustakaan musium, bantuan yang diberikan sangat penulis hargai. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada staf pengajar jurusan Sejarah, terutama kepada Ibu Marwati D.Pusponegoro yang telah mendidik penulis selama belajar di jurusan Sejarah dengan tekunnya, kepada Drs. Abdurrachman Suryomiharjo yang telah membimbing pembuatan skripsi ini, dan kepada Drs. Nugroho Notosusanto yang telah mengajarkan kepada penulis tentang metode-metode membuat skripsi dan cara-cara menggunakan sumber sejarah.
-jiii-
EDI CAHYONO'S EXPERIENCE
Akhirnya secara khusus penulis perlu menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada Bapak Darsono dan Bapak Semoen, yang telah berjam-jam menyediakan waktu dan telah sudi membaca dan memberikan petunjuk kepada penulis tentang banyak kekurangan pada skripsi ini serta melayani pertanyaan-pertanyaan yang penulis ajukan. Tanpa bantuan beliau yang berharga, skripsi ini akan jauh kurang lengkap.
Walaupun demikian, semua kekurangan dan kesalahan pada penulisan skripsi ini adalah karena kelalaian penulis sendiri, terutama kesalahan ketik dan cara-cara membuat catatan kaki. Sekali lagi penulis memohon maaf. Semoga karangan yang sederhana ini akan ada manfaatnya.
Jakarta, 6 September 1964
Soe Hok Gie
-2-
EDI CAHYONO'S EXPERIENCE
- I S I -
"Ucapan Terimakasih' ......iii
Bab 1 : " Pendahuluan"......1
Bab 2 : "Latar Belakang Sosial".....6
Bab 3 : "Dari Kongres Nasional Central
Sarekat Islam ke-2 Sampai ke-3" .......18
Bab 4 : "Dari Kongres Nasional CSI ke-3
Sampai PKI"....41
Bab 5 : "Sekedar Catatan"......58
BAB I : Pendahuluan
Beberapa tahun yang lalu, ketika meneliti koran-koran awal tahun tiga
puluhan, saya kadang-kadang membaca berita-berita di sekitar proses pengadilan
terhadap kaum kaum komunis. Mereka ini, bukanlah tokoh-tokoh utamanya,
melainkan hanya peserta biasa saja. Didalam mengemukakan alasan mengapa mereka
ikut memberontak di tahun-tahun 1926-1927, kebanyakan data menunjukan kepada
sebab-sebab kemiskinan. Biografi “Rakyat Kecil” ini pun sangat menarik.
Terkadang hanya karena hutang 10 sen, atau karena soal-soal kecil lainya,
mereka berani melawan Belanda. Dan waktu itu juga sering terbaca betapa keadaan
orang-orang buangan di Digul. Saya pernah membaca betapa kerasnya watak Mas
Marco, Boedisoetjitro, Winanta dan Najoan yang menolak utusan Gurbernur jendral
menemui mereka.Padahal pertemuan dangan utusan Hilman itu mungkin akan
membebaskan mereka dari neraka Digul.
Kadang-kadang saya membaca dari beberapa
segi kehidupan tokoh-tokoh komunis ini. Misalnya, tentang kebandelan Mas Marco
dan kedermawanan Najoan, kesemuanya sangat menarik hati. Dan saya berminat
untuk mengetahui lebih banyak lagi
tentang bagaimana keadaan perkembangan komunisme di Indonesia sebelum
tahun-tahun 1926. Tetapi, jika kita membaca buku-buku penulis asing dari luar
negri, gambaran yang kita peroleh menjadi agak berbeda. Harry J.Benda misalnya,
menganalisis pemberontakan itu terjadi ketika terdapat sejumlah kenaikan
pendapatan dan perbaikan penghidupan. Dengan menunjuk kepada data-data yang
lengkap, Benda menarik kesimpulan bahwa ... “The revolte were not certainly not
bred in misery among proverty-sticken or exploited peasant and labores living
under the yoke of western imperialist”.*1
*1 Harry J.Benda, The crescent and the Rising Sun: Indonesian Islam
Under
-3-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Padahal berita dari koran-koran pada waktu itu, justru
cenderung menarik kesimpulan bahwa kemiskinan adalah sebab yang melatar
belakangi pemberontakan itu. Kondisi ini juga yang melatar belakangi saya untuk melihat secara lebih mendetail
sebab-sebab dari pemberontakan tahun 1926. Dan untuk menunjang keinginan itu
sayapun mulai membaca buku-buku sekitar
pemberontakan, sepanjang yang saya dapat peroleh. Pembacaan ini malah telah
merangsang saya untuk mengetahui awal
mulanya pergerakan komunis di Indonesia, karena tanpa tahu awal mulanya, sama
saja dengan membaca sebuah koran dari
tengah-tengah.
Itulah sebabnya maka studi mengenai pemberontakan 1926,
harus dimulai dari studi terhadap awal mulanya pergerakan kaum “Marxis”
Indonesia. Dan dalam hal ini kita harus mulai dengan Sarekat Islam Semarang.
Permulaan abad keduapuluh merupakan salah satu periode yang paling merik dalam sejarah Indonesia,
karena sekitar tahun-tahun itulah terjadi perubahan-perubahan sosial yang besar
di tanah air kita.
Pesatnya perkembangan pendidikan Barat, pertumbuhan
penduduk yang meningkat cepat
dan mulai digunakan teknologi
modern,kesemuanya menimbulkan perubahan sosial di Indonesia. Nilai-nilai tradisional yang telah mengakar
dibumi Indonesia, tiba-tiba
dikonfrontasikan secara intensif dengan nilai-nilai tradisional mereka
dan malah ada yang sudah mulai melepaskanya,
walaupun pegangan yang baru belum mereka peroleh. Ketiadaan pegangan menciptakan rangsangan
untuk mendapatkan suatu pegangan. Sebagian dari mereka mencarinya didalam
pemikiran-pemikiran Islam, sedangakn yang lain mencari dengan menggali kembali kebudayaan lama untuk disesuaikan
dengan dunia mereka yang modern. Sebagian lainya lagi mencarinya didalam alam
pemikiran Barat.
Dengan berbaju modern, pada awal abad keduapuluh itu
The
Japanese Occuption 1942-1945. The Hague: W.van Hoeve,1958, hlm.13-16
Kita jumpai banyak aliran yang kadang-kadang saling
bertentangan. Kita temui partai-partai yang saling cakar, disamping
sarikat-sarikat buruh, gerakan pemuda, gerakan perempuan dan lain-lain. Dan
jika mulai sedikit saja mengorek “kulit modern” itu, kita akan menemukan makna
yang sesungguhnya dari gerakan-gerakan itu. Mereka tidak lain dari padanya merupakan kelanjutan bentuk dari
kelompok-kelompok yang sudah ada dalam masyarakat tradisional. Apalagi jika
kita memperhatikan dasar dari
konsepsi-konsepsi mereka yang dikemukakan secara teliti, maka dengan tidak
terlalu sulit kita dapat merasakan hubunganya dengan pemikiran-pemikiran pra
abad ke-20.
Apa memangnya secara
kebetulan saja, maka kaum priyayi bergabung kedalam Boedi Oetomo dan kaum
santri kedalam Sarekat Islam disementara tempat? Apakah ini bukan merupakan
perwujudan dari struktur masyarakat yang lebih tua kaum priyayi dan santri itu
sendiri? Suatu gerakan hanya mungkin berhasil bila dasar-dasar dari gerakan
tersebut mempunyai akar-akarnya dibumi tempat ia tumbuh. Ide yang jatuh dari langit tidak
mungkin subur tumbuhnya.
Hanya ide yang berakar kebumi yang mungkin tumbuh
dengan baik. Demikian halnya dengan gerakan sosialistik Sarekat Islam Semarang.
Saya pikir bukanlah hal yang kebetulan saja menghebatnya gerakan-gerakan Samin
di tahun 1917, bersamaan waktunya dengan munculnya ide-ide sosialis Sarekat
Islam Semarang. Bahkan Sarekat Islam merasa ada persamaan dasar, walaupun yang
satu dicetuskan dalam suasana tradisional, sedang yang lainya dengan jubah
modern. Gerakan komunis bahkan mereka terjemahkan dengan gerakan Saminis.*2 Dan
jika kaum Saminis menggunakan bahasa Jawa kasar untuk siapa saja, maka dalam
masa yang bersamaan kita juga menemui gerakan Jawa Dwipa. Yang satu bergerak
didesa, sedang yang lainya di Surabaya. Sarekat Islam Semarang merupakan
gerakan dari sekelompok manusia yang tak mungkin melepaskan dirinya
*2 Sinar Hindia, 10 Maret 1920
-4-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Dari zaman lampaunya. Alam yang mendahuluinya, Ide
tokoh-tokohnya mau tidak mau merupakan lanjutan dan berhubungan dengan
gagasan-gagasan yang hidup pada pra abad ke-20. Persoalanya sekarang bagaimana
hubungan abad tradisional itu dengan abad ke-20, bagaimana perkembangan dan
perubahanya. Hanya penyelidikan dan penelitian yang lebih mendalam yang akan
menjawab pertanyaan menarik ini.
“Dibawah Lentera Merah” Hanyalah sebuah usaha kecil yang
mencoba melihat salah satu bentuk pergerakan rakyat Indonesia diawal abad
ke-20. Dan untuk membatasi persoalan, Is memilih pergerakan Sarekat Islam di
Semarang didalam masa antara tahun 1917-1920. Mengapa dimulai dengan tahun
1917, karena mulai tahun itulah tendensi-tendensi sosialistik mulai jelas,
sedang batas Mei 1920, adalah bulan didirikanya Partai Komunis Indonesia.
Dengan demikian tulisan ini terhindar dari berkepanjangan tanpa batas.
Yang lebih menjadi perhatian karangan ini adalah ide-ide dari para tokoh Sarekat
Islam Semarang dan tindak tanduk untuk mewujudkanya. Sangatlah mustahil untuk berbicara tentang sesuatu ide tanpa
berbicara tentang latar belakang yang
membentuk ide-ide itu. Karena ia lahir atau dilahirkan oleh keadaan
masyarakatnya. Saya memang tidak memberikan perhatian kepada segi hukum,
tindakan maupun perubahan aturan Hindia Belanda, karena baik Robert van Niel (The Emergence of Modern
Indonesia Elite) maupun Von Aex (L’evolution politique en Indonesien
1900-1944) telah mengupasnya secara panjang lebar. Sedangkan
gerakan-gerakan rakyat lain, termasuk Sarekat Islam lokal diluar Semarang akan
disinggung hanya dalam hubunganya dengan SI Semarang. Hal yang sama akan
berlaku juga terhadap Central Sarekat Islam.
Sumber tulisan tulisan ini adalah surat-surat kabar.
Buku-buku perbandingan agak kurang terpakai karena kesulitan memperolehnya. Lagipula
pengupasan terhadap buku-buku
-5-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
itupun jarang yang saya inginkan. Membaca koranpun mempunyai
kesulitanya terutama karena ketuaan koran dan disana-sini kurang lengkap.
Kekurangan perawatan mengakibatkan kerapuhan dan kadang-kadang tak terbaca
tintanya. Pengecekan kembali sumber-sumber juga kadang-kadang tidak dapat dilakukan
karena koran-koran itu dibawai ketempat perbaikan. Inilah sebabnya maka
catatan-catatan kaki ada kalanya tak
tersusun sempurna.
Tokoh-tokoh Sarekat Islam Semarang sebagian terbesar sudah
meninggal dunia. Namun syukur sekali Semaoen dan Darsono (ketika tulisan ini
dibuat tahun 1964, ed) masih hidup. Dari beliaulah saya mendapatkan banyak keterangan
melalui wawancara langsung. Walaupun sayang banyak juga peristiwa-peristiwa
yang lama berlalu itu terlupa. Sebenarnya
“Dibawah Lentera Merah” ini lebih tepat jika dinamakan sebuah laporan
pembacaan daripada sebuah skripsi, karena apa yang dibicarakan disini masih
jauh dari selesai.
-5-
BAB II: Latar Belakang Sosial
Pada tanggal 6 Mei 1917,*1 Presiden Sarekat Islam Semarang
yang lama, Moehammad Joesoef, menyerahkan kedudukanya kepada Presidan yang baru,
Semaoen, yang pada waktu itu baru berumur 19 tahun. Pada hari itu juga
diumumkan komposisi yang baru, yang terdiri dari:
Presiden : Semaoen
Wakil Presiden : Noorsalam
Sekretaris : Kadarisman
Komisaris : Soepardi
Aloei
Jahja Aldjoefri
H.Boesro
Amathadi
Mertodidjojo
Kasrin
Dari susunan pengurus baru ini, enam orang merupakan wajah
baru, Mereka adalah, Semaoen, Noorsalam, Soepardi, Aloei, H.Boesro, Amathadi,
Mertodidjojo, dan Kasrin.
Peristiwa pergantian pengurus ini mencerminkan adanya
perubahan dalam masyarakat pendukung Si di Semarang. Pada mulanya SI Semarang
dipimpinoleh mereka dari kalangan kaum
menengah dan pegawai negri yang mulai keluar dari Sarekat Islam, termasuk
Soedjono.
Kini dibawah pimpinan Semaoen, para pendukung SI berasal
dari kalangan kaum buruh dan rakyat kecil.*2 Pergantian pengurus itu adalah
wujud pertama dari perubahan gerakan Sarekat Islam Semarang. Dari gerakan kaum
menengah
*1 Sinar Djawa, 7 Mei 1917
*2 Robert van Niel, The Emergence of Modern Indonesian
Elite, (Brusel’sGravenhage: Manteau van Hoeve,1960), hlm.109.
-6-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
menjadi
gerakan kaum buruh dan tani. Saat itu sangat penting artinya bagi sejarah
modern Indonesia, karena dari sini lahirlah gerakan kaum Marxis pertama di
Indonesia.
Proses
perevolusioneran Sarekat Islam Semarang ini bukan saja dipengaruhi, tetapi juga
ditentukan oleh keadaan masyarakat Indonesia dan Semarang menjelang berahirnya
Perang Dunia 1. Sebelum membicarakanya lebih lanjut, baiklah kita melihat
beberapa persoalan yang ikut mempengaruhi kehidupan Semarang masa itu, baik
dibidang ekonomi maupun intelektual.
Agraria
Semenjak
tahun 1870, Pemerintah Hindia Belanda membuat beberapa peraturan baru yang
mengubah Indonesia dari sistem jajahan ala VOC menjadi sebuah jajahan yang
bersistem liberal. Perkebunan yang dulunya di monopoli Pemerintah, kini boleh
diusahakan modal-modal swasta. Sistem kerja paksa dan rodi dihapus dan diganti
dengan system kerja upah secara bebas.
Mulai sejak
itu mengalirlah modal-modal asing ke
Indonesia, menggarap pertambangan, perkebunan dan pabrik-pabrik. Perkembangan
ini bukan mendatangkan kebaikan bagi rakyat Indonesia. Ia bahkan merupakan
malapetaka, karena liberalism bagi rakyat Indonesia merupakan “free figth
competition to exploit Indonesian”.
Struktur kemasyarakatan Indonesia yang
terdapat di Jawa masa itu,justru dipergunakan kaum kapitalis asing (Belanda)
untuk mencapai tujuan-tujuan mereka. Walaupun pengusaha-pengusaha perkebunan
tidak dapat memiliki tanah, namun mereka dapat dan berhak menyewa dari
Pemerintah atau “Bumiputra”. Dan dengan kekuasaan uangnya, mereka berhasil
memaksa desa-desa menyewakan tanah-tanah desa dan biasanya dengan memberikan
premi tertentu kepada kepala-kepala desa. Sawah milik desa (Komunal) dari
petani lalu dijadikan perkebunan-perkebunan. Sedang
-7-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
penduduknya secara massal dijadikan kulinya.*3
Nasib kaum tani ini sama sekali dilalaikan.
Para lurah yang seharusnya menjadi kepala desa, kini menjadi alat pemerintah
semata mata dan dengan sendirinya mereka menjadi praktis alat para pengusaha
perkebunan.*4 Misalnya pada tahun 1919, para pengusaha
perkebunan memberikan premi F 2,50 (dua
setengah rupiah Belanda) untuk setiap bau kepada lurah-lurah yang dapat
mengubah sawah-sawah desa menjadi perkebunan tebu.*5 (1 bau
= 7096,50 m2).
Para petani
itu kini tidak lebih daripada budak-budak belian.*6 Arreal perkebunan yang makin lama semakin
meluas ini, mengkaibatkan semakin berkurangnya areal persawahan. Padahal penduduk Jawa kian lama kian padat
sebagai akibat perbaikan kesehatan. Dengan mudah dapat dilihat bahwa prodksi
beras menjadi terus-menerus berkurang dalam perbandingan penduduk yang
mengakibatkan naiknya harga beras. Mulai dari sekitaran Cirebon, Pekalongan,
Semarang dan terus ke Solo dan Yogyakarta berhamparan kebun-kebun tebu. Tetapi
kehidupan kaum buruh dan tani yang menggerakkan produksi tebu dan pabrik gula
itu, kian lama kian buruk.
Sebuah Komisi Belanda sendiri di tahun 1900 telah melaporkan bahwa kehidupan
rakyat Jawa dari hari kehari semakin sengsara. (Onderzoek naar de mindere
welvaart de Inlandsche bevolking op Java en Madura). Dan keadaan itu bertambah
memburuk antara tahun 1913-1923.*7 Di tahun 1916 hingga 1920, proses perluasan
produksi tebu terus berlangsung , walaupun tuntutan untuk menguranginya
*3 Secara
detail hal ini dikemukakan oleh Bruno Lasker dalam Human Bondage in South Asia, (Chapel Hill, 1950).
*4 George
Mc. Kahin, Nationalism and Revolution in Indonesia, (Ithaca: Cornell University Press, 1952).
*5
Darsono”Giftage Waarheispeiklen (Panah Pengadilan Beracun),” Dalam Sinar Hindia,5 Mei 1918.
*6 Lasker,
hlm. 80.
*7 Kahin,
hlm. 26.
-8-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Semakin
santer pula.Bila produksi tebu (gula) ditahun 1900 berjumlah 744.257 ton, maka
ditahun 1915, ia menjadi 1.319.087, 1.629.827 ditahun 1916 dan 1.822.188 pada
tahin 1917.*8 Ini berarti berlanjutnya pengurangan areal persawahan dan
produksi padi. Harga beras dengan demikian meningkat dan dengan peningkatan itu
diperhebat lagi oleh kurangnya pengangkutan antara Indonesia dengan negri-negri
penghasil beras lainya di Asia Tenggara sebagai akibat Perang Dunia I.
Karena para
lurah disuap dengan F 2,50 untuk setiap bau sawah yang dapat disewa bagi
perkebunan tebu, maka didesa-desa terjadi “pemaksaan” atas kaum tani untuk
tidak menanam padi dan menggantinya dengan tebu. Secara terperinci hal ini
dikemukakan Bruno Lasker dalam “Human Bondage in South Asia,” Chapel Hill,
1950.
Biasanya ,
para pengusaha perkebunan menyewa satu bulan lahan persawahan dengan F 66,
untuk selama 18 bulan. Bila satu bahu sawah itu ditanami padi (selama delapan
belas bulan) maka ia menghasilkan tiga kali panen, atau sekurang-kurangnya dua
kali (ditambah dengan palawija) dan itu berarti
3 x f100 sama dengan f900.*9 Demikianlah maka penanaman tabu itu
berarti penyengsaraan rakyat. Uang sewa lahan yang F66,- itu tidak cukup untuk
hidup selama delapan belas bulan. Dan kaum tani biasanya pergi kekota untuk
bekerja sebagai kuli. Manakala mereka tidak kekota untuk berkuli, mereka dapat
juga berkuli diperkebunan dengan gaji
antara 20 hingga 40 sen sehari. Atau mereka juga dapat menggali lubang. Tetapi,
manakala tuan besar kurang puas dengan hasil kerja mereka, upah mereka
dikurangi menjadi separo, jadi satu setengah sen. Itupun sesudah mereka dicaci
maki. Dapat dibayangkan betapa
*8 Encyclopedie
van Nederlandsch Indie, Leiden: Suiicker, (Matinus Nijhoof-E.J. Brill, Jilid
IV, 1931)
*9 Mas
Marco, “Apakah Pabrik Goela Itoe Ratjoen Boeat Bangsa Kita”, dalam Sinar Djawa,
26. Tidak tercantum
Bulan dan Tahun.
-9-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Sulitnya
kehidupan kaum tani didaerah
perkebunan. Di desa-desa, tidak seorangpun yang membela para petani itu.
Lurah-lurah mereka sudah sepernuhnya menjadi alat para pengusaha perkebunan.
Untuk melepaskan diri dari keadaan ini, hanya ada dua jalan tersedia bagi mereka.
Pertama, lari ke kota-kota, dan kedua, membakari kebun-kebun tebu itu sebagai
pernyataan protes. Angka-angka statistik memperlihatkan kepada kita bahwa
semakin kejam penindasan didesa-desa, semakin banyak kebun-kebun tebu yang
dibakari. Setelah tahun 1900, angka itu melonjak “at aterific rate”, tulis
Wertheim.*11 Di Kediri misalnya, pada tahun 1918, kebun-kebun tebu dan para
petani merampasi tanaman kaspo (casava).*12 Sementara itu, para ibu menjual
anak-anak mereka dipasar. Makanan pokok mereka telah berganti dengan Jagung dan
apar pisang.*13
Persoalan agraria ini mempengaruhi iklim pergerakan Sarekat
Islam Semarang dan sekitarnya dalam tahun 17-an dan menjadikan organisasi itu
lebih revolusioner. Kenyataan-kenyataan sosial yang mereka lihat, dengar dan
alamami, menggugah perasaan para tokoh organisasi itu. Ketidakpuasan umum,
ketidak percayaan pada niat baik pemerintah dan lain sebagainya, akhirnya
membuat Sarekat Islam semarang lebih
revolusioner.
Volksaard dan Indie Weebaar
Dalam tahun 1917, Gubernur Jendral Van Limburg Stirum
menjanjikan akan membentuk sebuah “dewan rakyat” yang merupakan dewan penasihat
kekuasaan legislatif. Hal ini mengecewakan tokoh pergerakan rakyat, karena yang
mereka
*11 W.F. Wertheim, Indonesian Society in Transition,
(Bandung: Sumur Bandung 1956), hlm.209
*12 Chadirini, Pemandangan, Sinar Hindia, 18 Januari 1918.
*13 Sinar Djawa, 31 Januari dan 9 Feburai 1918.
-10-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
cita-citakan adalah dewan legislatif yang sungguh-sungguh.
Dalam tahun ini, masalah Indie Weerbaar yaitu satu gerakan
yang menginginkan diadakan milisi “bumiputra” untuk mempertahankan Hindia
Belanda dari musuh-musuh luar menjadi bahan perdebatan yang sengit sekali.
Tokoh-tokoh pergerakan kiri (Sneevliet dan Tjipto Mangunkusumo) tidak
setuju diselenggarakan suatu milisi
“bumiputra” itu, karena kegiatan ini mereka lihat sebagai usaha untuk
mempertahankan kepentingan Belanda dengan menjadikan rakyat indonesia sebagai umpan peluru. Kedua persoalan ini
lebih bersifat Intelektualistik, sedang massa rakyat agak pasif.
Wabah Pes
Disamping persoalan yang bersifat nasional seperti agraria,
Volksraad dan Indie Weerbaaar itu, terdapat pula persoalan lokal, yaitu
penyakit pes di Semarang dan sekitarnya. Dalam menghadapi wabah ini Kotapraja
Semarang bertindak tidak bijaksana sehingga massa rakyat semakin diperlakukan
sewenang-wenang.
Dalam triwulan pertama tahun 1917 di Semarang berjangkit
penyakit pes. Wabah ini timbul dan meluas terutama karena perumahan rakyat di
kampung-kampung sangat buruk. Mereka tinggal didalam gang-gang yang
berjejal-jajal, sempit dan becek. Rumah yang tebuat dari atap rumbia dan bambu
merupakan sarang tikus. Keadaanya yang berjejal-jejal itu mebuat sinar matahari
tidak masuk kedalam ruangan rumah dan keadaan ini merupakan sorga bagi tikus.
Kekurangan makan (nilai gizi yang rendah), tidak adanya pemeliharaan kesehatan
masyarakat oleh pemerintah Hindia Belanda, ahirnya menimbulkan wabah pes.
Belanda hanya memperhatikan hal
kesehatan ini apabila penyakit itu menulari mereka. Angka kematian dibawah ini
memperlihatkan betapa hebatnya korban wabah pes itu.*14
-11-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Angka Kematian Penduduk Semarang per 1000 jiwa (1917)
Daerah
|
Triwulan pertama
|
Triwulan kedua
|
Semarang Kulon
|
48
|
67
|
Semarang Kidul
|
32
|
57
|
Semarang Wetan
|
59
|
72
|
Semarang Tengah
|
45
|
49
|
Genuk
|
24
|
64
|
Pendurungan
|
26
|
90
|
Srondol
|
13
|
23
|
Maranggen
|
26
|
151
|
Karangun
|
24
|
115
|
Kebonbatu
|
20
|
98
|
Rata-rata
|
317
|
786
|
Angka kematian yang luar biasa tingginya ini pasti menggugah
perasaan rakyat dan pemimpin-pemimpinya. Kotapraja lalu mengambil beberapa
tindakan. Perumahan rakyat yang merupakan sarang-sarang tikus itu dibongkar
(dibakari dan rakyat diberi waktu 8 hari untuk pindah).*15 Penduduk miskin yang
tidak mempunyai apa-apa terang tidak mampu membangun perumahan yang patut dalam
waktu delapan hari.
Memang pada ahirnya Kotapraja atas tekanan berbagai organisasi rakyat, membangun juga perumahan rakyat. Tetapi tindakan-tindakan pertama Pemerintah sangat menyakitkan hati dan membangkitkan kemarahan rakyat. Maka itu agitasi Sarekat Islam Semarang tentang wabah pes mendapat sambutan hangat dari penduduk kampung-kampung.
Memang pada ahirnya Kotapraja atas tekanan berbagai organisasi rakyat, membangun juga perumahan rakyat. Tetapi tindakan-tindakan pertama Pemerintah sangat menyakitkan hati dan membangkitkan kemarahan rakyat. Maka itu agitasi Sarekat Islam Semarang tentang wabah pes mendapat sambutan hangat dari penduduk kampung-kampung.
Namun situasi itu menjadi semakin buruk
pada ahir tahun 1917, berhubung dengan tibanya musim hujan. Gang-gang yang menjadi
kubangan lumpur dan kekurangan sinar matahari yang masuk kerumah-rumah penduduk
tetap memperhebat menjalarnya wabah.
Bagi kalangan rakyat jelata yang buta huruf dan miskin, situasi
*14 Darsono, op.cit., 18 Mei 1918. Ia mengutip laporan resmi Kotapraja.
*15 Semaoen, “Gemeente Bestuur Semarang Mendjadi
Revosioner”, Sinar Djawa, 7 Desember 1917.
-12-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
1917 di Semarang itu, membuat keadaan masak untuk
gerakan-gerakan radikal revolusioner dari Semaoen dan kawan-kawanya.
Persdelict
Sneevliet *16
Pada tanggal 8 dan 9 Maret (penanggalan baru) 1917, kaum
perempuan dan buruh yang lapar mengadakan demonstrasi sambil menyanyikan
Mareseillaise. Tentara yang dikirim untuk membubarkan demonstrasi itu menolak
untuk menembak “kaum yang lapar ini”. Dan demikian meledaklah revolusi Rusia.
Tsar turun takhta dan pemerintah Provesional Rusia dibentuk.
Berita-berita pertama tentang revolusi dan demonstrasi kaum
buruh ini sampai ke indonesia 10 hari kemudian. Dan orang yang tergerak untuk
menuliskanya adalah H.Sneevliet, ketua ISDV. Yang setelah menerima berita itu
segera menulis artikel Zegepraal (kemenangan). Keesokan harinya ia menyerahkan
tulisan itu kepada redaksi De Indier (organ dari NIP-Nederlandsch Indische
Partij).
Later, penanggungjawab dari organ itu memperlunak tulisan H.Sneevliet
dengan persetujuan. Namun masih sangat keras bagi para telinga Belanda. Antara
lain kita baca (saya mengutip terjemahan Semaoen) :
Apakah soeara-soera boengah masoek dalam kota desa dalam negri ini? Di sini hidoeplah soeatu ra’jat, dalam negri jang terkaja sendiri. Disini hidoeplah soeatu ra’jat mengeloearkan kekajaan jang soedah bertahoen mengalir (ke) kantong-kantongnja bangsa jang memerintah, kantong-kantong di Eropah Barat, teroetama pergi sama negeri kejtil jang ada disini pegang kekoeasaannja politik. Di sini hidoeplah soeatoe ra’jat jang menoeroet sadja dengan lembek. Koempoelan politik dilarang .... hak bikin vergadering disangoepi, tetapi beloem diadakan teroes,
*16 Proses pengadilan ini dimuat dalam Sinar Djawa (antara 21 Oktober – 7 Desember) tetapi tidak setiap hari.
-13-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Pertimbangan (kritiek) dalam soerat kabar diantjam oleh justitie
jang berat sebelah, sebab itoe justitie kepoenjaannja jang memerintah daja
oepaja bergerak dilawan dengan keboeasanja pemboengan. Pergerakan politiek
hanja diperkenankan kalau itoe pergerakan kepunjaanja jang memerentah, sebagai
bikin maloe pada ra’jat... seoempamanja pergerakan memperkoeat balatentara
boeat melindoengi tanah air,*17 tanah
air jang mana soedah diambil dari tanganja ra’jat oleh pemerintah asing. Disini
hidoeplah soeatu ra’jat jang sabar, soeka menoeroet sadja bertahoen-tahoen...
dan sesoedahnja Diponegoro tidak ada satoe pemoeka jang menggerakan ra’jat
boeat pegang nasibnja sendiri dalam tanganja sendiri.Ra’jat Djawa Revolutie di
Rusland djoega memberi tjontoh pengadjaran pada kamoe. Djuga ra’jat di Rusland
sabar dan soeka menoeroet dan memikoel sadja tindasan bertahoen-tahoen, is
djoega miskin dan sebagian besar tidak bisa toelis dan batja seperti kamoe
Ra’jat dapat kemenangan lantaran berkelahi teroes meneroes memoesoehi (i)
pemerintah boeas dan boedjoekan.Djoega di negri Rusland koempoelan-koempoelan
kaoem boeroeh jang mempertimbangi itoe perkoempoelan-perkoempoelan.
Pekerdjaan oentoek menjtapai kemerdekaan jalah pekerdjaan berat.
Pekerdjaan ini tidak bisa berboeat dalam tengah-tengah, djalan kekoeatiran atau
djalang koerang tetap, pekerdjaan ini meminta seloeroeh djiwa, keberanian,
djalan keberanian nomor satoe. Apakah soeara-soeara boengah sebab kemenangan
itoe masoek dihati kita? Apakah terlebih
kentjang dan keras daja oepaja si penjiar-penjiar benih boeat menggerakkan
keras gojangnja ra’jat berpohtiek dan berichtiar dalam pentjarian hidoepnja.
Dan apakah ia teroes sadja bekerdja menanam benih meskipoen beberapa benih
djatuh di batoe-batoe dan tjukul sedikit sadja. Dan apakah ia teroes sadja
bertentangan dangan daja upaja tindasan atas kemerdekaan pergerakan? Maka tida
lainlah ra;jat Djawa, tanah Hindia tentoe akan dapat apa jang soedah didapat
ra’jat
*17 Maksudnya Indie Weerbar.
-14-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Ruslad
jalan kemenangan."
Karena artikel itu ia diseret ke muka pengadilan dengan
tuduhan yang bermacam-macam, antara lain menghasut rakyat Jawa, menghina
pengadilan, menuduh pemerintah berbuat sewenang-wenang dan tuduhan sebangsanya.
Akhir November 1917 persidangan Sneevliet dimulai. Dalam tahap pertama
pergerakan nasional, proses pengadilan politik sangatlah penting artinya. Dalam
persidangan yang terbuka, terjadilah debat dakwa dan penuntut. Terdakwa
biasanya membela rakyat, sedang penuntut selalu mewakili pemerintah kolonial. Pengunjung
persidangan biasanya para wartawan dan kader-kader politik.
Disana mereka
belajar tentang cara-cara berdebat dan menjatuhkan argumentasi lawan. Sneevliet
yang terkenal sebagai “orator” dengan gaya memikat dan meyakinkan berhasil
menunjukan kejahatan sistem kolonial di Indonesia. Selama persidangan
berlangsung, kolom-kolom surat-surat kabar di Semarang memuat jalanya
perdebatan. Bagi pembaca Indonesia, pemuatan itu sangat menarik karena
kebohongan pemerintah disoroti. Walaupun Jaksa menuntut supaya Sneevliet
dijatuhi hukuman 9 bulan penjara, tetapi
hakim menyatakan ia bebas dan tak lama kemudian ia dibuang. Rupanya, pembebasan
itu untuk memudahkan proses pembuanganya.
Ketika Semaoen menggerakkan Sarekat
Islam ke jalan sosialistik revolusioner, kondisi-kondisi sosial telah tersedia,
karena tanpa kondisi ini semua usaha Semaoen itu akan sia-sia saja. Keempat
faktor diatas dengan sendirinya saling
melengkapi. Persoalan tanah dan kemiskinan di desa-desa memungkinkan Sarekat
Islam Semarang mendapatkan massanya dari kalangan kaum tani. Pembakaran
rumah-rumah rakyat (akibat pes) memungkinkannya menggerakan massa
kampung-kampung dikota. Dan Indie Weerbar dan Volksraad serta Persdelict
Sneevliet lebih mempertajam pengertian pada kader secara teoritis mengenai
masalah-masalah penjajahan. Pada waktu itu pergerakan politik jarang sekali,
kalau tidak akan dikatakan tidak ada yang mempuanyai basis-basis
ideologis-teoritis. Perdebatan
-15-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Perdebatan telah mengasah ketajaman pikiran pada politikus
Indonesia dimasa itu.
Dalam buku pergerakan nasional, faktor luar negri sering
dijadikan faktor penyebab dari peristiwa-peristiwa didalam pergerakan nasional
kita. Kemenangan Jepang atas Rusia (1905) diasosiasikan dengan kelahiran Budi
Utomo. Revolusi Tiongkok 1911dihubungkan dengan kelahiran Sarekat Dagang Islam
(SDI). Dan juga Revolusi Rusia diasosiasikan dengan perevolusioneran gerakan
rakyat ke kiri. Lembaga sejarah PKI misalnya, menulis, “Revolusi Sosialis
Oktober 1971 di Rusia mempunyai pengaruh sangat besar” pada pergerakan
revolusioner Rakyat Indonesia.*18
Tatapi jika kita menilik pada pers Indonesia, juga pada
surat kabar Sinar Djawa (di bawah asuhan Semaoen, Alimin dan lain-lain)
Revolusi Rusia tidak mendapat tempat yang besar. Nama-nama Lenin, Trotsky dan
Stalin hampir tak pernah disebut-sebut. Perdamaian Brest-Litowsky hanya sekali
menjadi bahan sebuah artikel
Kadarisman.*19 Bahkan dalam mengenang
tahun 1917 yang telah berlalu Revolusi Oktober
1917 itu tak disebut-sebut, tetapi pengarang-pengarang lainya
disebut.*20 Hanya melaui Sneevliet-lah Revolusi Rusia itu pernah penarik
perhatian publik di Indonesia dan baru sesudah tahun 1920, ketika kaum
“Marxist” Indonesia mulai mengadakan hubungan Internasional, hal-hal disekitar
Revolusi Rusia menarik perhatian Indonesia.
Menurut pendapat saya, pengaruh
kejadian-kejadian luar negri baru mendapat perhatian ditanah air kita ini,
setelah tahun-tahun 1926. Sebelumnya berita-berita luar negri amat
pendek-pendek dan hanya merupakan kutipan kawat. Masalah pengaruh luar negri sampai sekarang
masih sangat dilebih-lebihkan dan hanya penelitian lebih lanjut yang akan
memberikan
*18 Lembaga Sejarah PKI, 40 Tahun PKI, (Jakarta: Yayasan
Pembaruan, 1960). Hlm, 10-11.
*19 Sinar Djawa 27 Desember 1917.
*20 Sinar Djawa 2 Januari 1918.
-16-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
jawaban sebenarnya.
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
BAB III : Dari Kongres Nasional Centraal Sarekat Islam ke-2
Sampai ke-3
Walaupun
sejak bulan Mei 1917, Golongan “Marxis” dibawah Semaoen sudah berhasil
menguasai Sarekat Islam Semarang, namun
bukan berarti bahwa SI dikota Semarang berubah dengan segera. Sebelum dipimpin
Semaoen, SI Semarang dikenal sebagai organisasi yang lembek dan yang menyatakan
ini adalah INSULINDE, sebuah organisasi yang juga “lembek”.*1
Perlahan-lahan Semaoen mempengaruhi para pemimpin SI
Semarang. Dan lama-kelamaan is berhasil
membawa gerakan ini bergeser kearah sosialis revolusioner. Sebagai puncak
usahanya mervolusionerkan SI Semarang Mulai 19 November 1917, organ SI Semarang
yakni harian Sinar Hindia (kemudian berganti nama menjadi Sinar Djawa) berhasil
dikuasainya. Perubahan-perubahan redaksi segera diadakan dengan memasukan
tenaga-tenaga muda yang militan. Sebagai pemimpin redaksi, dipimpin oleh Semaoen,
dengan dibantu oleh Moh Joesoef (berita-berita Indonesia dan Semarang),
Kadarisman (telegram), Notowijoyo (ekonomi),Aloei (rapat-rapat dan reseve),
Alimin (berita kesewenang-wenangan dan luar negri), dan Semaoen sendiri menjadi
redaktur politik. Alimin dimasukan kedalam redaksi, walaupun ia berdiam diri
dijakarta. Mereka masing-masing bertanggungjawab sendiri-sendiri dimuka
pengadilan dan semua tidak dibayar.
Dalam kata pengantarnya mereka mengatakan bahwa haluan Sinar
Djawa akan lebih radikal dan terhadap
pemerintah mereka akan menilainya secara
jujur, sedangkan terhadap kaum kapitalis dan kaum priyayi yang memeras
akan mereka musuhi.*2
-18-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Selanjutnya,
sebelum kita meninjau dan membahas tindakan-tindakan Sarekat Islam Semarang
ini, akan kita lihat lebih dahulu gagasan-gagasan perjuanganya. Jika kita telah
melihatnya,maka tindakan-tindakan revolusionernya akan menjadi lebih mudah dipahami.
Sebab-sebab dan Cara Mengubah
Kemacetan Masyarakat
Keadaan buruk ysng terjadi pada
tahun-tahun 1917-1918 tidaklah disangkal oleh dunia pergerakan Indonesia baik
yang berhaluan “keras” maupun “lembek”. Bahkan orang-orang Belanda pun tidak
menyangkalnya. Keadaan sosial yang buruk itu merupakan tantangan bagi setiap
prmikir politik sosial Indonesia. Mereka mulai mencari latar belakang kondisi
sosial yang pincang ini dan saling mengajukan berbagai konsep untuk
menyelesaikanya. Pers Indonesia pada waktu itu penuh dangan karangan-karangan
yang mencoba memberikan jawaban atas persoalan-persoalan keburukan kondisi
sosial. Sebagian ada yang memnyalahkan kemajuan teknik, sebagian lagi
mengeluarkan konsepsi kebejatan moral, dan ada pula orang yang menyalahkan
oragn Jawa (Indonesia) sendiri, karerna mereka itu malas dan pemboros.
Tetapi adapula kelompok yang
mengajukan konsepsi Marxistis dalam membahas realitas sosial ini, dan tokoh
utamanya adalah Hendricus Fransiscus Marei Sneefliet, ketua ISDV.*3 Sneefliet
bersama kaum ISDVnya berhasil mempengaruhi sekelompok angkatan muda dari SI bai di Semarang (Semaoen,Darsono dan
lain-lain), Jakarts (Alimin dan Muso) Solo (H.Misbach) maupun di kota-kota
lainya.
Dari Sneefliet lah mereka belajar
analisis Marxitis untuk memahami realitas sosial yang dialami. Mereka
berpendapat bahwa sebab dari kesengsaraan rakyat Indonesia adalah akibat dari struktur
kemasyarakatan yang
ada,yaitu struktur masyarakat tanah jajahan yang diperas oleh kaum kapitalis.
Dengan kekuasaan keuanganya, sejumlah orang berhasil memeras kekayaan alam Indonesia, sekaligus memeras rakyatnya. Kemiskinan yang lahir sebagai akibatnya menumbuhkan kriminalitas dikalangan rakyat Indonesia dalam bentuk perampokan dan kelaparan.*4 Kesengsaraan itu menjadi semakin berat lagi oleh peperangan (Perang Dunia I). Perang ini disebabkan adanya persaingan antara kepentingan kaum kapitalis eropa (Kapitalis Inggris melawan Jerman). Didalam analisisnya mereka melihat perkebunan, terutama perkebunan tebu sebagai akibat kemiskinan yang nyata. Dan cara untuk mengatasinya hanyalah dengan sosialisme, yaitu menasionalisasikan perusahaan-perusahaan yang penting bagi hajat hidup rakyat.
Pemerintah yang seyogyanya memperhatikan kepentingan rakyat terbanyak, tidak memperhatikanya dan malah memihak kepada kaum kapitalis. Menurut mereka pemerintah masa itu mewakili kaum uang.*5 Karena itu ia bertantangan dengan kaum Kromo, dengan rakyat terbanyak.*6 Bahkan para anggota Tweede Kamer sendiri, berkepentingan dengan pabrik-pabrik gula. Mereka mempunyai saham-sahamnya disana.*7 Pemerintah dan para pengusaha tidak memperhatikan rakyat dan bahkan karena mempunyai banyak uang mereka dapat membeli dan menyogok pegawai-pegawai pemerintah.
Banyak sekali tuntutan yang diajukan kelompok ini. Dalam persoalan agraria jelas sekali terlihat bahwa pemerintah lebih mementingkan kaum kapitalis daripada rakyat jelata. Dari berbagia pajak yang dibayar rakyat jelata, pemerintah membangun irigasi- irigasi. Tetapi airnya diberikan untuk mengairi perkebunan dan baru kemudian untuk sawah rakyat. Padahal para pengusha perkebunan itu mampu membayar orang untuk mengawasi
Jalanya air dimalam hari. Sedangkan rakyat pada siang harinya sudah bekerja, mamalamnya terpaksa begadang lagi.*8 Bila panen tebu sudah dekat, dibeberapa daerah Pasuruan, rakyat disuruh lagi berjaga malam bagi perkebunan itu. *9 Semuanya itu untuk kepentingan para pengusaha perkebunan. “Ra’jat Hindia tidak poenya keperloean sama sekali fatsal adanya fabrik goela, ondermening thee, koffei, rubber dan sebagainja jang begitu banjak, sebab hasilnja kapitalis loear Hindia dan loear negri Belanda, sebab adanja ini semoea meroesak kemadjoean peroesahaan tanah boemipoetra, peroesahaan jang mana perloe sekali boeat keselamatan ra’jat Hindia jang sebagian besar bikin merdeka boemipoetra dalam pentjarian idoepnya dan bikin makanan disini.”*10 Bahkan ketika banyak kelaparan sudah nyata di Jawa, ususl-usul pengurangan areal tebu sebanyak 50% masih ditolak dengan pelbagai alasan tanpa mau peduli apakah rakyat sudah kelaparan.*11
Tetapi ketika adanya bahaya yang mengancam dari luar. Tanpa malu-malu kaum kapitalis / pemerintah menganjurkan adanya milisi Bumiputra. Padahal milisi ini bertujuan untuk melindungi kapital mereka sendiri, dengan menjadikan orang Indonesia sebagai umpan pekuru.*12 Secara sarkatis Mas Marco mensajakkan :
-19-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
ada,yaitu struktur masyarakat tanah jajahan yang diperas oleh kaum kapitalis.
Dengan kekuasaan keuanganya, sejumlah orang berhasil memeras kekayaan alam Indonesia, sekaligus memeras rakyatnya. Kemiskinan yang lahir sebagai akibatnya menumbuhkan kriminalitas dikalangan rakyat Indonesia dalam bentuk perampokan dan kelaparan.*4 Kesengsaraan itu menjadi semakin berat lagi oleh peperangan (Perang Dunia I). Perang ini disebabkan adanya persaingan antara kepentingan kaum kapitalis eropa (Kapitalis Inggris melawan Jerman). Didalam analisisnya mereka melihat perkebunan, terutama perkebunan tebu sebagai akibat kemiskinan yang nyata. Dan cara untuk mengatasinya hanyalah dengan sosialisme, yaitu menasionalisasikan perusahaan-perusahaan yang penting bagi hajat hidup rakyat.
Pemerintah yang seyogyanya memperhatikan kepentingan rakyat terbanyak, tidak memperhatikanya dan malah memihak kepada kaum kapitalis. Menurut mereka pemerintah masa itu mewakili kaum uang.*5 Karena itu ia bertantangan dengan kaum Kromo, dengan rakyat terbanyak.*6 Bahkan para anggota Tweede Kamer sendiri, berkepentingan dengan pabrik-pabrik gula. Mereka mempunyai saham-sahamnya disana.*7 Pemerintah dan para pengusaha tidak memperhatikan rakyat dan bahkan karena mempunyai banyak uang mereka dapat membeli dan menyogok pegawai-pegawai pemerintah.
Banyak sekali tuntutan yang diajukan kelompok ini. Dalam persoalan agraria jelas sekali terlihat bahwa pemerintah lebih mementingkan kaum kapitalis daripada rakyat jelata. Dari berbagia pajak yang dibayar rakyat jelata, pemerintah membangun irigasi- irigasi. Tetapi airnya diberikan untuk mengairi perkebunan dan baru kemudian untuk sawah rakyat. Padahal para pengusha perkebunan itu mampu membayar orang untuk mengawasi
-20-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Jalanya air dimalam hari. Sedangkan rakyat pada siang harinya sudah bekerja, mamalamnya terpaksa begadang lagi.*8 Bila panen tebu sudah dekat, dibeberapa daerah Pasuruan, rakyat disuruh lagi berjaga malam bagi perkebunan itu. *9 Semuanya itu untuk kepentingan para pengusaha perkebunan. “Ra’jat Hindia tidak poenya keperloean sama sekali fatsal adanya fabrik goela, ondermening thee, koffei, rubber dan sebagainja jang begitu banjak, sebab hasilnja kapitalis loear Hindia dan loear negri Belanda, sebab adanja ini semoea meroesak kemadjoean peroesahaan tanah boemipoetra, peroesahaan jang mana perloe sekali boeat keselamatan ra’jat Hindia jang sebagian besar bikin merdeka boemipoetra dalam pentjarian idoepnya dan bikin makanan disini.”*10 Bahkan ketika banyak kelaparan sudah nyata di Jawa, ususl-usul pengurangan areal tebu sebanyak 50% masih ditolak dengan pelbagai alasan tanpa mau peduli apakah rakyat sudah kelaparan.*11
Tetapi ketika adanya bahaya yang mengancam dari luar. Tanpa malu-malu kaum kapitalis / pemerintah menganjurkan adanya milisi Bumiputra. Padahal milisi ini bertujuan untuk melindungi kapital mereka sendiri, dengan menjadikan orang Indonesia sebagai umpan pekuru.*12 Secara sarkatis Mas Marco mensajakkan :
Indie
Weebaar jang dibitjarakan
Sana
sini sama mengatakan
Indie
Weerbar akan memasoekan
Anak
Hindia di lobang meriam.*13 mensajakkan :
Karena itu, demi kepentingan Indonesia sendiri,Indie Weerbaar harus dilawan. Dalam bidang perburuan pun Pemerintah berpihak kepada kaum majikan . Dan tidak mau peduli pada pihak kaum buruh .
Jam kerja dan syarat-syarat perburuhan
tidaj ditetapkan. Tetapi jika kaum buruh
brtindak sendiri menuntut dan memperjuangkan nasibnya, Pemerintah lalu
turun tangan membela “setan uang” dengan mendatangkan tentara
-21-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
menangkapi pemogok.
Dalam pernyataan-pernyataannya,
pemerintah menggunakan bahasa etis, selalu menjanjikan bahwa suatu ketika
rakyat Indonesia akan mendapatkan zelfbestuur.
Tetapi waktunya bukan sekarang sehingga rakyat Indonesia harus
bersabar. Untuk sampai taraf ini, yang
diperlukan ialah pendidikan. Dan pemerintah tidak pernah sebenarnya mendidik
rakyat Indonesia. Yang banyak didirikan hanya sekolah-sekolah guru dan
pertanian. Seperti mendirikan Stovia dan
KWSPHS.*15 Guru-guru yang ada sengaja dibayar murah, sehingga minat menjadi
guru tidak besar.*16 Sadar akan pentingnya pendidikan inilah, maka kemudian
didalam rencana-rencana kerja Sarekat Islam Semarang (dan juga
organisasi-organisasi rakyat lainya) mencantumkan pendidikan sebagai program
perjuanganya.
Pemerintsh wakil kapitalis juga
membuat pasal-pasal ukum pidana yang bersifat karet untuk menjerat tokoh-tokoh
pergerakan dan para wartawan yang berani mengkritik dan mengungkapkan ketidak
adilan didalam kehidupan masyarakat. Pasal-pasal itu adalah 63 b dan 66 b yang berbunyi :
Barangsiapa dengan perkataan atau
dengan tanda-tanda atau dengan pertunjukan atau dengan cara lainya bertujuan
menimbulkan atau menunjukan perasaan permusuhan, Belanda atau penduduk Hindia
Belanda akan dihukum :
63 b dengan hukuman
penjara 6 bulan sampai 6 tahun.
66 b dengan hukuman kerja paksa diluar penjara
(rantai) selama 5 tahun.
Pasal ini pada 1918 dicabut dan diganti dengan pasal 154 dan
pasal 156 yang lebih berat lagi dan bunyinya:
Pasal 154 : Barang siapa mengeluarkan
pernyataan ditempat umum yang dapat menimbulkan perasaan permusuhan, benci
kepada pemerintah di Nederland atau Hindia Belanda, dihukum penjara selama-lamanya 7
-22-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
tahun atau denda sebanyak-banyaknya 300 rupiah Belanda ( Gulden).*18
Pasal-pasal yang bersifat karet ini terang merintangi kemajuan
rakyat kedalam soal Pemerintahan, dibentuklah Voklsraad dimana wakil-wakil dari
penduduk Indonesia dapat menyatakan pendapat-pendapatnya tentang soal-soal
pemerintah. Dari 39 orang anggotanya, 19 orang dipilih oleh dewan lokal (10
Indonesia, 9 Eropa dan Timur Asing), 19 diangkat (5 Indonesia, 14 Eropa dan
Timur Asing). Dengan demikian, dari 39
anggota, hanya ada 15 orang Indonesia.*19 Jelas sekali mengapa susunanya yang
sedemikian, tidak memuaskan Sarekat Islam Semarang dan karena itu mereka menolaknya.
Bagi mereka Volkdraad hanya suatu “Dewan Rayap”*20 dan anggota-anggotanya tidak
lebih dari “anak komedi”.*21 Lebih-lebih setelah susunan yang diangkat Pemerintah diumumkan, ketidakpercayaan
Sarekat Islam Semarang bertambah besar. Didalam menganalisis 19 anggota dewan
yang diangkat itu, Semaoen menyatakan pandanganya sebagai berikut :
Prangwedono (Mataram), ningrat etisi
Tengku Tjik
Mohamad Thajeb (Peruela), ningrat
Bergmeyer
(guru), tak dikenal
Schmutzer
(saudagar), kapitalis, musuh Kromo
Ir.Cramer,
bukan sosialis demokrat tulen bagi bumiputra
H.H.Kah (Kan
Hok Hoey), musuh Kromo ditanah partikelir
Liem A Pat
(Muntok), yang terang bukan wakil Kromo
-22-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Said Ismail,
bukan wakil Kromo
Soeselisa,
idem
Stokvis
(etisi), idem
Major Pabst,
idem
Koning,
musuhnya Kromo
Birne,
musuhnya Kromo
Coster,
musushnya Kromo
F. Loah,
musuhnya Kromo
Dr.Tjipto
Mangunkusumo, nasionalis luntur (verwater
denasionalist)
Teeuwen,
bukanya Kromo
Dwidjosewojo,
penganjur Indie Weerbaar
Oemar Said
Tjokroaminoto, wakil Kromo dan seorang “diplomat”.
Terhadap orang-orang itu Semaoen menganalisis lebih lanjut
sebagai berikut : Duapuluh orang ini (sebenarnya 19), terdapat 5 orang
kapitalis yang terang-terangan berlawanan dengan kepentingan Kromo. Duan orang
ningrat yang bila dilihat dari kelasnya tidak akan memihak Kromo, 3 orang asing
yang tidak mempunyai kepentingan dengan kemerdekaan Indonesia. 2 orang Manado
yang dijadikan alat Belanda, seorang Weerbaar yang memperjuangkan kepentingan
kapitalis dan hanya seorang Kromo yang diplomatis. Diantara 39 amggota itu,
diperinci lebih lanjut, 18 Belanda, (9 orang ambtenar dan 9 orang
kapitalis) yang didalam batinya memusuhi Kromo, 11 orang alat kapitalis (5
orang ningrat, kecuali Regen Serang, Hasan Djajadiningrat), 3 orang “toekang
Weerbaar” 3 orang Ambon (dan Menado)
sebagai alat militer. Disamping itu terdapat pula 3 orang asing. Memang 5 orang
yang sebenarnya dapat menjadi wakilnya Kromo, tetapi sayangnya mereka masih
setengah masak. Mereka itu adalah 3 orang dari Insulinde dan 2 orang netral.
Hanya Tjokroaminoto seorang saja yang wakil Kromo. Namun demikian Semaoen tetap
mengharapkan kepada anggota-anggota Voklsraad itu supaya mereka memberikan
kritikan kepada pemerintah dan jangan menjadi “yes men” saja. Ia
-24-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Juga mengharapkan agar diusahakan hapusnya III RR, 47 RR dan
pasal 155 dan 156. Kata terahir Semaoen menyatakan supaya para wakil rakyat
yang sesungguhnya tidak perlu membuang waktu. “Wakil rakyat tidak suka jadi
wayang dalam tonil Volksraad.”*22
Kenyataan-kenyataan itu menunjukan bahwa justru dari
pemerintah sendiri yang merupakan wakil kapitalis, penindasan-penindasan itu
berasal. Dan ini menyadarkan mereka bahwa dipundak rakyat sendiri terletak
kewajiban untuk mencapai cita-cita perbaikan. Dengan persatuan yang teguh
antara rakyat yang tertindas, dapat diciptakan kekuatan yang mampu memaksa
Pemerintah/Kapitalis tunduk pada tuntutan-tuntutan rakyat. Karena itu persatuan
sangatlah penting. Perstuan antara bumiputra dan Tionghoa, antara kalangan
wartawan dan yang lain-lainya. Dengan mengambil pelajaran-pelajaran dari
revolusi-revolusi di Eropa (Lenin di Rusia, Bela Khoon di Hongaria, dan kaum
Spartacus di Jerman). Pimpinan Sarekat Islam Semarang menjadi selalu menekankan
betapa pentingnya persatuan antara buruh
dan tentara (istilah mereka, buruh berseragam). Persatuan demikian sangatlah
ditakuti kaum imperialis. Antara kaum buruh dan tentara pada hakikatnya tidak
ada perbedaan, karena keduanya adalah rakyat miskin, yang diperas oleh kaum
kapitalis. Pada waktu itu gaji tentara hanyalah 25 sen sehari.*23 Dengan
persatuan yang kuat kaum kapitalis dapat dihadapi, dapat dipaksa untuk menerima
tuntutan-tuntutan kaum buruh. Misalnya ketika Gubernur Jendral menolak usul
pengurangan areal tebu sebanyak 50%, Darsono menganjurkan pemogokan sebagai
demonstrasi kekuatan.*24
Dan suatu yang menarik dari konsesi-konsesi “kaum Marxis” ini
jelas terbayangnya tendensi-tendensi nihilis. Mereka sadar bahwa untuk melawan
penindasan, kalau perlu menjalankan gerakan-gerakan bawah tanah dan secara
samar-samar menganjurkan teror.*25 Rakyat dan buruh hanya dapat dipersatukan
manakala mereka sadar akan keperluanya.Dan
-25-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Selama mereka belum sadar, semua usaha
akan gagal. Cara menyadarkanya hanya satu.Yaitu bicara “blak-blakan”, nyata dan
jelas, agar dimengerti oleh rakyat. Rakyat Jawa masih bodoh , kata Darsono dan
untuk menyadarkanya diperlukan cambbuk, yaitu artikel-artikel (tulisan) yang
berani. Tulisan-tulisan yang logis dan ilmiah tidak ada gunanya, karena tidak
dimengerti oleh rakyat.Sekarang ini yang diperlukan adalah orang-orang
berani.Bukanya orang yanga terdidik dan pandai.Orang yang berani menunjukan
gigi. Bukanya lidah, kata Mas Marco.*26 Mereka juga sadar tulisan-tulisanya
akan membawa mereka ke penjara. Tetapi karena ini jalan satu-satunya, maka
harus ditempuh. Orang sering memnganggap bahwa cara-cara “Hantam kromo” pergerakan nasional dalam periode awalnya,
merupakan cara perjuangan yang ngawur. Tidak berstrategi dan hanya didorong
sentiment saja.Menurut pendapat saya, pendapat demikian kurang tepat. Sebab,
setiap zaman mempunyai cara-caranya sendiri untuk menyadarkan massa. Dan
seperti yang telah dinyatakan Darsono, untuk periode belasan, cara yang tepat
adalah cara hantam kromo. Cara “intelektualistis” jika sekiranya digunakan,
mungkin tidak akan pernah membangunkan semangat rakyat. Prinsip “hantam
kromo” ini pernah pula dilakukan oleh
Suwardi Suryanigrat (bersama dengan Dr. Tjipto Mangunkusumo dan Douwes Dekker)
pada tahun 1913 ketika ia menulis “Als ik enn Nederlander was” (seandainya saya
orang Nederland). Walaupun ia sudah diperingatkan oleh Abdul Moeis akan
akibat-akibatnya, Suwardi tetap melakukanya.*27 Dengan “shock theraphy” ini
pergerakan rakyat bertambah militant dan tegas.
Aksi-AKsi Sarekat Islam Semarang (Mei 1917-Oktober
1918)
Setelah melihat sejumlah
konsep pemikiran SI Semarang, akan kita lihat sekarang tindakan-tindakan dari
SI Semarang, sebagai pelaksanaan konsep-konsep dari pemikiran itu. Jabatan
Presiden SI masa itu untuk pertama kalinya muncul soal-
-26-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
soal tanah partikelir,
perkebunan tebu,Volksraad dan masalah nasib buruh. Dan untuk pertama kalinya pula
masalah-masalah itu dibawa ke dalam Kongres Nasional Sarekat Islam ke-2di
Jakarta yang diselenggarakan dari tanggal 20 hingga 27 Oktober 1917. Kongres itu dihadiri para
utusan Sarekat Islam dari seluruh Indonesia.Disinilah Semaoen dan kawan-kawanya
mencoba mempengaruhi para peserta kongres dangan konsepsi-konsepsinya tentang
masalah perbaikan social.Usaha menyebarkan ide-idenya tentang Marxistis
berhadapan dengan Abdoel Moeis yang tegas-tegas menolaknya.Mereka berbeda dalam
hal Indie Weerbaar dan soal-soal Nasionalisme.Kongres ternyata mendukung adanya
milisi bumiputra (Indie Weerbaar).Semaoen mencoba untuk mencabut mosi
tersebut.Tetapi tidak berhasil.*28 Namun akhirnya dicapai suatu kompromi. Mosi
yang mendukung pemecatan semaoen atau Sarekat Islam Semarang dan mosi Semaoen
dank awn-kawan yang menolak Indie Weerbaar, kedua-duanya dicabut.*29 Dalam hal Nasionalisme juga terdapat
perbedaan antara Semaoen dan Abdoel Moeis. Didalam perasaan mengenai Nasionalisme,
Abdul Moeis menyatakan bahwa kemerdekaan merupakan hal yang tidak dapat
ditolak.Kita harus mempunyai rasa Nasionalisme dan sekarang ini kita perlu
mengobarkannya. Pihak Belanda “Tropen coolers” mempunyai beberapa cara untuk
menentangnya. Pertama, secara
terang-terangan.Kedua, mengadu domba
antara peranakan dan “Boemipoetra”.Tetapi yang paling berbahaya adalah Belanda
yang bertopeng membela Indonesia dengan mulut manisnya.Melalui orang-orangnya,
mereka menindas perasaan cinta tanah air dan bangsa dan memecah persekutuan
Indonesia (yang dimaksud ialah ISDV dan Het Vrije Woordt).Kita tidak keberatan
bila ada orang Belanda yang pro Indonesia. Tetapi mereka tidak bo;eh memegang
pimpinan pergerakan, yang harus tetap ditangan orang aIndonesia.*30
Semaoen yang merasa disindir,
segera membantah. Tetapi A.Moeis menjawab siapa yang merasa tersinggung, dialah
-27-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Orangnya.*31 Seperti
diketahui, Abdoel Moeis waktu itu baru saja datang dari negri Belanda sebagai
perutusan Indie Weerbaar. Dan disinilah ia mempengaruhi kaum Nasionalis
Indische Partij.*32
Dalam hal kapitalisme, Semaoen
dan kawan-kawanya juga berbeda pendapat mengenai “kapitalisme bumiputra” yang
tidak jahat.Jadi tidak usah ditentang.Sidang kongres CSI ke-2 ahirnya mengambil
jalan tangah.Yaitu menentang kapitalisme yang jahat.Istilah kapitalisme jahat
ini mengandung pengertian bahwa ada kapitalisme yang baik.*33 Namun demikian
dari anggaran dasar yang disusun kongres, jelas terlihat adanya pengaruh
sosialisme.
Kongres CSI ke-2 itu
selanjutnya membahas hubungan antara agama, kekuasaan dan kapitalisme, dan
kesimpulan yang dirumuskanya :
Dengan tiada ferdoelikan segala igama
jang lain, dan mengoesahakan kesabaran hati sebagaijang terboeka oleh
Al-Qoerandalam soerat Qoelya, maka Central Sarekat Islam pertjaya igama Islam
itoe memboeka rasa fikiran demokratis.
Sambil mendjoendjoeng tinggi pada
koeasa negri.Maka Central Sarekat Islam menoentoet bertambah-tambah koeasa
negri, pengaroehnja segala golongan ra’jat Hindia diatas djalanja Pemerintahan
agar soepaja kelak mendapat koeasa pemerintah sendiri (zelfsbestuur). Boeat mentjapai hal itoe maka Central SI
akan menggoenakan segala kekoeatannja menoeroet djalan jang patoet. Central
Sarekat Islam tidak menjukai soeatoe bangsa berkoeasa diatas bangsa jang lain
dan menoentoet dari pihak koeasa negri akan memberikan perlindungan jang besar oentoek
orang-orang jang lembek dan miskin, baik boeat keperloean mentjari kepandaian,
maoepoen boeat keperloean mentjari makan. Central Sarekat Islam memerangi
kekoeasannja kapitalisme jang djahat jang pada kejakinanja bahagian terbesar
daripada pendoedoek boemipoetra amat boeroek adanja. Boeat mendjalankan
-28-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
dengan sepatoetnja semoea haknja
pendoedoek negri, maka Central Sarekat Islam menimbang ta’boleh tidak perloelah
didjalankanja boedi akal masing-msing orang itoe akan bersama-sama dengan boedi
pekerti, jang pada pendapatnja CSI igama itoelah daja oepaja jang teroetama
boleh dipergoenakan dalam maksoet itoe dan CSI pertjaja igama Islam adalah
sebaiknja igama oentoek mendidik boedi pekertinja ra’jat.Dalam itoepoen negri
hendaklah tiada terkena pengaroehnja pertjampoeran barang soeatoe igama itoe.
CSI mentjari hoeboengan bantoe-membantoe kerdja bersama-sama dengan semoea perhimpoenan
politik dan orang-orang jang bersetoedjoe dengan azasnja.*34
Pengaruh kelompok Semarang
atas program kerja yang dihasilkan kongres ini, tampak jelas. Mereka juga
memperjuangkan Nasionalisasi perusahaan-perusahaan besar atau yang mendapat
keuntungan-keuntungan besar. Bagi Sarekat Islam Semarang, kongres ke-2 CSI ini
punya arti penting. Golongan yang anti Indie Weerbaar dan memihak SI Semarang
hamper separo.*35 Semaoen merapa puas dan ini juga diakui oleh Koran Abdoel
Moeis, Kaoem Moeda dalam penerbitanya
tanggal 29 Oktober 1917. Katanya, “Sarekat Islam sekarang sudah bernada
sosialis”.Perihal tengah antara kapitalisme, Semaoen belum mau mengemukakan
pandanganya. Ia masih berharap Tjokroaminoto sendiri akan memberikan garis
lurus untuk menghantam kapitalisme.*36 Setelah
kongres selesai, Sarekat Islam Semarang mulai mengadakan aksi-aksi untuk
memperjuangkan cita-citanya. Desember tahun itu juga SI Semarang mengadakan
rapat anggota dan menyerang ketidakberesan ditanah-tanah partikulir.*37 Juga
kaum buruh diorganisasi supaya lebih militan dan mengadakan pemogokan terhadap
perusahaan-perusahaan yang sewenang-wenang. Korban pertama pemogokan ini adalah
perusahaan mebel yang memecat 15 orang buruhnya. Atas nama Sarekat Islam, semaoen dan Kadarisman memproklamasikan pemogokan dan menuntut 3 hal. Pertama,
pemgurangan jam kerja dari 8,5 jam menjadi 8 jam. Kedua, selama
mogok, gaji dibayar penuh dan ketiga, setiap
-29-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Yang dipecat, diberi uang pesangon 3 bulan gaji. Dalam
proklamasi pemogokan itu, mahalnya biaya hidup, juga digugat. *38 Pemogokan ini
ternyata merupakan senjata yang ampuh. Dalam waktu 5 hari saja, majikan
menerima tuntutan SI Semarang dan pemogokan pun dihentikan.
Kesadaran betapa ampuhnya senjata mogok yang diorganisasi dan
dibantu Sarekat Islam ini, sebulan kemudian dipakai kembali. Yang menjadi
permasalahan ialah seorang mandor galak
di sebuah bengkel mobil memukul kulinya. Sarekat Islam Semarang menyatkan mogok dan akan terus mogok, bila tidak
diambil tindakan39 dan beberapa hari kemudian tunutan SI Semarang itu diterima
oleh majikan bengkel mobil tadi.*40
Usaha Semaoen dalam bidang perburuhan yang berhasil baik ini,
dengan sendirinya menaikan daya dan semangat juang Sarekat Islam Semarang.
Setelah ini mereka mulai berjuang melawan tuan-tuan tanah yang memeras penduduk
desa ditanah partikulir. Langkah permulaan mereka ialah menulis surat terbuka
kepada setiap tuan tanah di Semarang. Dalam surat itu dinyatakan harapan agar
mereka mau menjual tanah-tanah mereka kepada pemerintah dan pemerintah agar
mengurangi sewa tanah dengan 50%. Disamping itu diminta agar kerja rodi seperti
gugur gunung dan jaga gedung dihapuskan. Akhirnya dikabulkan juga oleh
tuan-tuan tanah dan SI Semarang, tetapi para petani tetap saja menjalankan
“aksi sepihak”. Waktu itu saja sudah ada lima orang petani yang ditangkap
karena memotong padi disawah yang mereka anggap sawah mereka. Dalam hal seperti
itu, SI Semarang tetap membela kaum tani.*43 Pemgalaman dalam hal tanah ini
merupakan pengalaman yang pahit bagi SI Semarang. Semenjak itu usaha-usaha
kongkret mengenai tanah ini tidak lagi dikerjakan. Ketika SI Semarang membuat
laporan kerja anggota tahunan.usaha melawan tuan-tuan tanah diakui sebagai
sesuatu yang kurang berhasil.*44
Disamping usaha kedalam tubuh SI Semarang, usaha untuk
-30-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Aktif menentang Pemerintah/Kapitalis, seperti Indie Weerbaar
dan Volksraad serta lainya juga tetap diaktifkan. Dalam setiap resolusi dan
tulisan-tulisan, hal-hal itu tetap diserang. Namun, hal ini akan lebih besar
arti politis psikologisnya, manakala yuang menyatakanya adalah Central Serikat
Islam atau cabang-cabang SI lainya.
Maka itu penebaran ide-ide sosialistis dilakukan SI Semarang
dengan giat sekali. Abdoel Moeis yang dianggap sebagai lawan dari Central
Serikat Islam (Waktu itu ia wakil Presiden), dimaki-maki, baik oleh ISDV maupun
oleh SI Semarang. Sebagai “Boedak Setan Oeang”. Sarekat Islam Semarang atas nama
20.000 anggotanya meminta agar Abdoel Moeis dipecat sebagai wakil presiden CSI.
Ketika Tjokroaminoto ditunjuk Pemerintah sebagai anggota Volksraad, ia ragu dan
meminta pendapat cabang-cabang. SI
Semarang dengan cepat menulisi cabang-cabang lainya, agar mereka menyatakan
tidak setuju duduknya Tjokroaminoto di Volksraad. Dalam surat SI Semarang itu antara lain dinyatakan bahwa
Belanda tidak memandang mata kepada SI yang besar tetapi hanya diberi satu kursi.
Abdoel Moeis sendiri bukanlah Wakil SI di Volksraad, karena ia mewakili Indie
Weerbaar. Sedangkan ISDP (pecahan dari ISDV) mendapat 2 kursi. Tjokroaminoto
diangkat rakyat supaya tidak berteriak-teriak. Kepada cabang-cabang SI lainya,
dianjurkan agar mereka menuntut
pemilihan umum.
Goena apa
menoelis soerat
Kalau masih
dapat berjoempa
Goena apa
dapat Volksraad
Kalau masih
kurang sempoerna
Tetapi usaha mereka ini gagal. Ternyata suara yang menyetujui
Tjokro ke Volksraad berjumlah 27, yang anti-26, 1 blangko dan tak sah. Dari
kalangan pimpinan CSI sendiri yang duduk dalam Volksraad.
Selama triwulan pertama dan bulan-bulan berikutnya Sarekat
Ilam Semarang mendapatkan dua orang tenaga yang
-31-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Cakap. Yang pertama adalah Darsono, seorang pemuda yang baru
berusia 19 tahun. Anak seorang pegawai negeri dan sejak kecil ia hidup
dikalangan anak-anak kaum tani. Setelah ia menamatkan pendidikan sebagai “ahli”
pertanian, ia bekerja disebuah perkebunan. Disini ia lihat kemiskinan dan
sistem sosial yang sangat buruk. Selama itu ia membacai segala macam buku yang
dapat ia peroleh. Ketika usahanya untuk melanjutkan pelajaranya ke Sekolah
Dokter Hewan ditolak, ia keluar dari pekerjaanya dan kembali ke Semarang. Pada
suatu hari ia mengikuti persidangan Sneevliet dan ia sangat terkesan pada
adanya orang Belanda yang memihak rakyat. Pada mulanya iaragu. Tetapi setelah
ia ketahui bagaimana Sneevliet karirnya dikantor dagang yang bergaji F.1000,-,
kemudian aktif membela rakyat, hormatnyapun bertambah-tambah. Dipengadilan itu
ia bertemu dengan Semaoen yang segera mengajaknya aktif dalam Sarekat Islam
Semarang. Proses kejiwaanya yang mendorong ia mencari suatu sistem yang baru,
membawa Darsono ke jalan Sosialisme. Semaoen dalam kenang-kenanganya mengenai
Darsono menulis...
“Ia (Darsono, Soe) melihat, bagaimana mereka makan koerang
tjukup. Bodo-bodo seperti kanak-kanak, meskipoen soedah besar. Sakit koerang
jang memelihara sebaik-baiknja, beroemah dalam kombong-kombong dengan
kekoerangan semoea perkara”. Disamping itu juga ia melihat orang-orang yang kaya raya.
Terjadilah pergulatan didalam pikiran untuk mendapatkan jawaban. Islam, Kristen
dan Budha tidak menjawabnya. Sampai ia menemukanya didalam ilmu Sosialisme.
Semaoenlah yang menempatkan Darsono ke redaksi Sinar djawa sejak 27
Febuari 1918, untuk bagian telegram.
Orang kedua yang ditemukan Semaoen adalah Marco Kartodikromo,
seorang wartawan yang berani. Marco dilahirkan di Cepu. Ia pernah memimpin
redaksi Swatatomodi solo ketika Sarekat Islam Tirtoadhisurjo
(1913). Ia juga pernah menjadi sekertaris I Sarekat Islam. Dalam tahun 1914,
Mas Marco mendirikan Inland Jurnalisten Bond di Solo
-32-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Dan ia sendiri menjadi ketuanya. Setahun kemudian ia dipenjarakan
selama setahun karena memuat tulisan seseorang ( mungkin Dr. Tjipto
Mangunkusumo) tentang pergerakan nasional. Secara pikiran politik Marco sangat
dekat dengan Tjipto Mangunkusumo. Tahun 1916 setelah keluar dari penjara, Mas
Marco pergi ke Negri Belanda dan disini ia dekat dan dipengaruhi oleh
tokoh-tokoh nasionalisme kiri seperti Suwardi Suryadiningrat. Menurut Darsono, Mas Marco lebih nasionalis dari pada sosialis. Dibidang jurnalistik Mas Marco
lebih terkenal sebagai wartawan yang berani dan bandel. Nederland ternyata
bukan tempatnya untuk berjuang bagi Marco dan tak lama kemudian ia kembali ke
Indonesia. Selama di dalam perjalanan pulang ke Indonesia, Marco menulis
“Samarata Samarasa”. Sebuah tuliusan yang sangat tajam bagi Belanda. Sebelum
tulisan ini habis dimuat, Mas Marco sudah lempar kembali kepanjara, dan dihukum
setahun lagi. 21 Febuari 1918 ia keluar dari penjara dan ditawari kerja di Sinar
Djawa dimana ia bekerja bersama Semaoen dan kawan-kawanya.*45
Semakin lama SI Semarang kembali radikal. Yang kurang radikal
satu persatu mulai meninggalkan SI mulai
28 Febuari, Moh Joesoef yang pertama-tama
keluar dari Sinar Djawa.*46 Disusul kemudian Aloei dan
Martowidjojo dari kalangan pimpinan SI Semarang. Kedua orang itu diganti oleh
Darsono dan Mas Marco. Darsono diangkat menjadi Komisaris dan Mas Marco sebagai
pejabat Presiden SI Semarang, bila Semaoen berada diluar Semarang atau dalam
perjalanan.*47
Dalam bulan April 1918, SI Semarang kembali menghadapi persoalan
yang sulit. Ia harus menangani pemogokan yang terjadi di Niuwe courant,
sebuah harian dimana terdapat juga percetakan. Pemogokan ini merupakan
perjuangan yang lama dan sengit. Majikan ternyata tidak menyerah pada
tuntutan-tuntutan Sarekat Islam. Sampai Juli kaum buruhnya masih ada yang mogok
dan SI Semarang mengerahkan dana untuk
-33-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Menolong buruh-buruh yang masih mogok. Setelah beberapa waktu
lamanya, banyak buruh yang masuk kerja kembali. Secara moril hal ini merupakan
kekalahan SI Semarang.
Salah stu perjuangan lain dari SI Semarang yang gagal ialah
usahanya bersama ISDV untuk ikut dalam pemilihan anggota Gemeente Raad
Semarang. Calon SI Semarang (Semaoen, Marco, Darsono, Soepardi, Kadarisman,
Moh.Joesoef dan Moh.Ali) memperoleh suara yang sangat sedikit. Mas Marco hanya
memperoleh 42, Kadarisman 38, Moh Ali 32, Moh.Joesoef 71, Semaoen 53, Soepardi
36, sedangkan Darsono sudah pindah ke Surabaya ketika itu.*48 Kekalahan ini
disebabkan oleh aturan pemilihan yang berdasarkan pajak. Hanya mereka yang
berpenghasilan F.600, setahun yang boleh memilih. Rakyat miskin yang justru
menjadi tulang punggung SI Semarang, praktis tak memenuhi syarat ini dan karena
itu tidak boleh memilih.*49
Jika kita melihat pengaruh ide-ide sosialis revolusioner
dikalangan SI di kota-kota lainya, ternyata bahwa Semaoen berhasil mempengaruhi
hampir separuh jumlah SI lokal. Didalam sidang-sidang kongres CSI, banyak
cabang yang menyokong Semaoen dan kawan-kawanya yang hampir-hampir saja
mengalahkan suara lawan-lawan mereka. Indie Weerbaar dan Volksraad misalnya.
Tokoh-tokoh SI Semarang menyadari hal itu. Dan mereka secara intensif
mengadakan kursus-kursus kader untuk kemudian menyebarkanya kekota lainya.
Darsono, dikirim Semaoen ke Surabaaya (Pusat Sarekat Islam), justru menyerang
golongan-golongan moderat.*50 Di pekalongan misalnya, terdapat Z.Mohamad,
seorang tokoh Marxis yang berpengaruh. Di Jawa Timur tercatat Sukirno, dan di
Solo H.Misbach. Kader-kader itulah yang diharapkan dapat menguasai SI lokal dan
menyokong ide-ide sosialisme didalam bahasa Melayu.*51 Dan bulan Juni tahun itu
juga, kursus demikian telah dilakukan sendiri oleh SI Semarang yang mengiklankan
hal itu diharian mereka sendiri, dan melalui kader-kader
-34-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Politiknya. Pemuda-pemuda yang sedikitnya punya diploma
kelien-ambtenar-eksamen, yang suka menjadi pemimpin bangsanya, terutama Kaum
Kromo dan yang suka bicara didalam rapat-rapat (vergedering) besar. Pemuda akan diberi didikan oleh bestuur SI
Semarang buat memimpin. Bestuur SI akan berikhtiar supaya mereka bisa dapat
tempat di lokal-lokal SI yang meminta pemimpin mereka dengan dapat belanja dan
lokal-lokal.*52
Sampai dimana kursus-kursus itu, kurang jelas. Tetapi yang
terang niat untuk menyebarkan ide-ide sosialisme ke kota-kota lain telah pernah
dilakukan SI Semarang.
Menjelang pertengahan 1918, persiapan untuk kongres ke-2
Central Sarekat Islam telah mulai diadakan oleh SI Semarang. Didalam sebuah
rapat anggota ditentukan bahwa yang akan mewakili Semarang adalah Semaoen,
Darsono, Kasrin, Kadarisman, Soepardi dan Soegeng. Tugas mereka ialah
memperjuangan keringanan pajak untuk rakyat dan pemberatan pajak buat
kapitalis.*53 Kongres tersebut akan diadakan di Surabaya dari 29 September
hingga 6 Oktober Dengan dihadiri 87 cabang Sarekat Islam.*54 Nada kongres ini, seperti juga kongres ke-2,
bersifat sosialistik. Dan seperti juga di kongres ke-2, pertentangan Abdoel Moeis dan Semaoen barulang kembali. Kongres
berlangsung tegang Abdoel Moeis yang sejak kongres ke-2 diserang kelompok Semarang, kini berusaha menjatuhkan Semaoen.
Pertentangan ini berkisar kepada beberapa soal pokok yaitu:
Agama - Grup Abdoel Moeis agar agama Islam
diperkembangkan. Sedang kelompok Semaoen sudah puas apabila agama Islam tidak
dibelakangkan dari agama lain di Indonesia.
Nasionalisme- Kelompok Moeis menolak pertuanan
bangsa yang satu oleh bangsa yang lain. Disinilah terletak hakekat perjuangan
Semaoen menganggap perjuangan melawan kapitalisme adalah terpokok, walaupun
dalam menghadapi kapitalisme “Bumiputra” dan tuan tanah “Bumiputra”
-35-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Akan digunakan
pertimbangan-pertimbangan.
KapitalismeTetapi kedua kelompok itu setuju bahwa untuk mencapai
kemerdekaan diperlukan penumpukan kapital. Tetapi Moeis ingin supaya kapital
itu dimiliki orang Indonesia. Sedangkan Semaoen ingin kapital-kapital besar
hanya dimiliki oleh koperasi-koperasi. Mengenai perusahaan besar-besar yang
banyak mendatangkan keuntungan, kedua tokoh itu sependapat bila diadakan
nsionalisasi. Bila Moeis masih mengharapkan pemerintah memberi bantuan, Semaoen
hanya percaya pada ikhtiar sendiri.
Lain-lainDalam mengemukakan masalah-masalah, terlihat bahwa
Moeis lebih mementingkan hal-hal umum, sedangkan Semaoen lebih mementingkan
hal-hal rakyat.*55
Pertentangan ini begitu hebatnya
sehingga dibicarakan didalam rapat tertutup pimpinanSemaoen mengancam akan
melepaskan diri dari Sarekat Islam, bila tuntutan-tuntutanya tidak di terima.Dalam
hal ini Tjokro Aminoto banyak memberi konsesi kepada Semarang. Semaoen
dijadikan Komisaris SI untuk Jawa
Tengah, sedangkan Darsono diangkat sebagai propagandis resmi Sarekat Islam.*56
Didalam rapat pimpinan itu juga Semaoen menggugat Moeis sebagai redaksi harian Neratja(sebuah
harian di Jakarta yang membawa suara Belanda), yang disubsidi pemerintah
Belanda. Semaoen berhasil meyakinkan sidang dan mendesak Moeis membuat sebuah
surat pengakuan yang berbunyi:
Bahwa ia
berjanji selamanja menjadi lid bestuur CSI Akan tetap menegakan azas CSI.
Bahwa ia
didalam jabatanja selaku hoofdredacteur surat kabar Neratja,
ia tidak ada perjanjian atau lain kesanggupan bahwa ia tidak didalam pengaruh
penerbitan Neratja dan mempunyai kalam merdika. Tetapi esok harinya juga
didalam sidang tertutup, Semaoen dan Darsono yang dituntut Moeis untuk membuat
surat serupa:
-36-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Bahwa
mereka selamanja menjadi lid bestuur SI akan tetap meneguhkan azasnya SI.
Bahwa
mereka berjanji kalau sekiranja ada perselisihan antara Vice President CSI,
sebelum perselisihan itu disiar-siarkan dalam surat kabar, akan diichtiarkan
supaja perselisihan tadi diputuskan didalam kalanganja bestuur CSI dengan
perdamaian dan sekiranja perlu mereka menjerang didalam surat kabar, merreka
tidak akan menjerang orangnja, tetapi perbuatanja saja.*57
Kongres ke-2 CSI ini akhirnya dapat
berjalan dengan baik, karena kepemimpinan Tjokroaminoto yang tanpa kehadiranya,
maka pertentangan Moeis dan Semaoen tak terhindarkan dan tak terpecahkan.*58 Diantara
keputusan yang diambil Kongres, salah satu yang amat penting bagi SI Semaarang
ialah tekad untuk menentang kapitalisme dengan mengorganisasikan kaum buruh
dikota-kota. Karena dari sinilah tumbuh akar perjuangan mati-matian kaum
sisialis revolusioner dimulai sampai pada tahun 1926.
Catatan
*1-Sinar Hindia, 14
Januari 1919, dinyatakan dalam laporan SI Semarang, mesio Mei 1917- Mei 1918.
*2-Sinar Djawa, 19
November 1917.
*3-Sneevliet lahir pada
tahun 1983 di Roterdam dan setelah menamatkan H.B.S., di kota ia aktif dalam
gerakan buruh kereta api. Selama tahun 1902-1909 ia berselisih dengan Toelstra,
karena Toelstra cenderung pada gerakan sosial demokrat. Dalam tahun 1913 ia
datang ke Indonesia sebagai sekretaris sebuah perkumpulan dagang. Ia sangat
terharu melihat kemiskinan rakyat Indonesia. Dan di Semarang mulai tahun 1914
ia Mengorganisir ISDV, sebuah gerakanSosial kiri Belanda. Karena ia dilarang
berpolitik oleh perusahaanya, lalu ia keluar dari pekerjaanya ini. Sikap
memihak rakyat Indonesia dan kefasihanya berpidato, memungkinkannya mendapat
hubungan yang luas dengan rakyat Indonesia. Ia sering diundang dalam
rapat-rapat dan kongres-kongres perkumpulan nasional dan perlahan-lahan ahirnya
ia mendapat pengikut. Setelah diusir dari Indonesia(1918), kemudian ia berdiam
di kanton sebagai Komintern dan berhubungan dengan Komintern SunYat Sen.
-37-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Konsepsi-konsepsi tentang perlunya
kerjasama antara kaum komunis dan borjuis nasional dalam menghadapi Imperialis,
seperti yang dilakukan di Indonesia (SI Semarang yang sosialis SI lai yang
borjuistis ) sangat mempengaruhi kaum komunis di Tiongkok. Teori-teori Mao Tse
Tunk tentang hal ini banyak dipengaruhi Sneevliet. Setelah Stalin berkuasa di
Komintern. Ia berselisih dengan Stalin (bersama Darsono, Tan Malaka, Tohir dan
lain-lain). Dalam tahun 1942 karena aktivitas-aktivitasnya menentang Nazi is
ditembak mati. Lihat Sinar Djawa, 21
November 1917; kahin , hal.72; D.M koch, on
de vrijheid (Jakarta :pembangunan 1950) hal.50; Winkler Paris Encyclopaidi, Jilid XVI, hal.722, dan wawancara
dengan Darsono,21 Agustus 1964 di Jakarta.
*4-Dalam menyusun gambaran di
kaum Marxis ini, Saga mendapatkan sedikit kesukaran. Mereka tidak mengemukakan
teori ini secara jelas dan sistematis, melainkan hanya menggunakan disana-sini
dalam artikel-artikelnya. Karena itu dalam menyusun sistematikanya saya bebas.
Yaitu dari pidato Semaoen, dalam Sinar
Djawa dan Sinar Hindia.
*5-Semaoen,Persdelict Semaoen (SI Semarang 1919)
hal.17.
*6-Pernyataan Soerjopranoto, Sinar Djawa, 20 Desember 1917.
*7-Semaoen,”Bestuurstelsel dan
Demokratie,” Sinar Hindia, 1 Mei
1918.
*8-Semaoen Persdelict, hal.12.
*9-Loc.cit.
*10-Ibid.hal.17.
*11-Usul Gubernur Jendrak
Stirum agar areal kebun tebu dikurangi 25% ditolak Tweede Kamer.
*12-Pernyataan Darsono, Sinar Hindia , 8 Mei 1918.
*13-Marco, “Comite Indie
Veerbaar”, Sinar Hindia, 2 September 1918.
*14-Semaoen, Ibid, hal.12.
*15-Gatolotjo, “Boeah Pikiran”,
Sinar Hindia, 26 Juni 1918.
*16-Onostrad,”Is did Been
Waarheid” (apa ini tidak betul), Sinar
Ddjawa, 6 April 1918.
*17-Darsono, “Giftige
Waarheispeijlen”, Sinar Hindia, 14
Agustus 1918.
*19-Soal Volkraad, lihat Von
Arx, L’evolution politique en Indonesia
-38-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
(Freinburg: Artiaginelli-Monza,
1914), hal.210-211.
*20-Chadirin, “Pemandangan”, Sinar Hindia, 19 Januari 1919.
*21-Sinar Hindia, 6 Juli 1918.
*22-Catatan kaki tidak
dicantumkan oleh penulis (Ed.).
*23-”Soentoek pada akal”, Soetra Ra’jat (Surabaya)1, No.8, 19
April 1918.
*24
*25
*26-Marco, “Dorongan Oentoek si
Pendjilat”, Sinar Hindia, 28 Agustus
1918.
*27-M.Balfas, Dr.Tjipto Mangoenkoesoemo: Demokrat sejati, (Djakarta: Djambatan,
1957).
*28-Sinar Djawa, 27 Oktober 1917.
*29-Sinar Djawa, 5 November 1917.
*30-Sinar Djawa, 24 Agustus 1917.
*31-Sinar Djawa, 25 Agustus 1917.
*32Ibid.,hal.136
*33-Van Niel, hal.137.
*34-Sinar Djawa, 27 November 1917. Dalam buku ini Van Niel yang
dicantumkan hanya rencana anggaran dasar. Lihat hal.135-136.
*35-Semaoen, “Pikiran atas
Nationale Congres jang kedoea di Betawai”, Sinar
Djawa, 2 November 1917.
*36- Loc. cit
*37-Sinar Djawa, 24 Desember 1917.
*38-Sinar Djawa, 6 Febuari 1917.
*39-Sinar Djawa, 11 Febuari
1917.
*40-Sinar Djawa, 11 Maret
1917.
*41-Sinar Djawa, 13 Maret
1917.
*42-Sinar Djawa, 8 Maret 1918.
*43-Sinar Djawa, 23,24,27,29 April 1918.
*44-Sinar
Hindia, 14, 15 Januari 1919.
-39-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
*45Mengenai
biografi Marco, lihat paper Soe Hok Gie
untuk mata kuliah Sejarah Pergerakan Nasional, Tjatatan Singkat Atas Riwayat Hidoep (1932).
*46-Sinar Djawa, 28 Febuari 1918.
*47-Sinar Djawa, 23 April 1918.
*48-Sinar
Hindia, 30 Juli 1918.
*49-Pada bulan Mei tahun 1918 dari 26.900 anggota SI Semarang, kaum saudagar
hanya berjumlah 100 orang, sedang kelas menengahnya (pegawai negri dan klerk)
hanya berjumlah 150 orang. Yang lainya terdiri dari rakyat Murba. Dimuat dalam
laporan SI Semarang periode Mei 1917-1918, lihat Sinar Hindia, 14-15 Januari 1919.
*50-Van Niel, Hal.142.
*51-Sinar Hindia, 14 Febuari 1918.
*52-Sinar Hindia, 5 Juni 1918.
*53-Sinar Hindia 2 Mei 1918.
*54-Encylopedie Van Nederlandsch
Indie, Lihat Bab Sarekat Islam.
*55-Semaoen,
“Tidak Berobah”, dalam Otoesan Hindia,
18 Oktober 1918.
*56-Van Niel, Hal. 142.
*57-Sidang-sidang tertutup sebenarnya tidak diumumkan.
Tetapi setelah kongres berahir, dikoran-koran mulai timbul cerita-cerita
dibalik layar tentang pertentangan antara Semaoen dengan Abdul Moeis. Koran Neratja membuat ulasan seakan-akan
pendapat Moeis berhasil mendominasi sidang. Demikian pula De Indier (Insulinde)
menyatakan bahwa Semaoen hanyalah alat ISDV. Untuk membantah semuai ini ahirnya
ia menulis sebuah surat pembaca diharia Oetoesan
Hindia, menceritakan “sedikit” jalanya rapat tertutup. Lihat edisi 18
Oktober 1918 dengan judul “Tidak Berobah”.
*58-Amelz, Tjokroaminoto: Hidoep dan Perdjoeanganja. Jakarta: Bulan Bintang, 1952, Hal.112.
-40-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
BAB IV : Dari Kongres Nasional ke-3 Sampai PKI
Pergesseran ke kiri dari
Kongres ke-3 ini, dengan sendirinya berhubungan erat dengan semakin memburuknya
situasi penghidupan rakyat pada umumnya. Tindakan pemerintah terhadap dunia
pergerakan kian lama kian terasa. Snevliet diusir dari Indonesia pada akhir
1917 (1918). Darsono sementara itu
dipenjarakan di Surabaya pada bulan September 1918 karena alas an Presdelict.*1 Walaupun demikian , perjuangan melawan harga
makanan tetap berlangsung dengan hebatnya. Akhir 1918 harga-harga telah mencapai
puncaknya. Misalnya, harga beras dipekalongan mencapai f.16, sepikulnya.*2
Harga ini terang diluar daya beli rakyat. Di Tangerang, pada awal 1919, rakyat
yang “lapar” menyerbu sebuah toko dan menumbulkan insiden-insiden. Bala bantuan
tentara bersepeda terpaksa dikerahkan dari Jakarta. Begitu parah keadaan bahan
makanan, sehingga setiap hari kita membaca berita-berita tentang kelaparan
disurat-surat kabar.
Di Volksraad, Dr. Tjipto
Mangunkusumo berteriak teriak menuntut pengurangan areal tebu dan perbaikan
nasib rakyat. Masalah ini diperdebatkan dengan sengit di dalam dewan. Akhirnya
dating berita bahwa Volksraad menolak ide pengurangan areal tebu dengan
perbandingan suara 10 lawan 20. Sosrokardono yang dalam hal pikiran dekat
dengan kelompok Semarang,*3 merasa begitu kecewa dan menyatakan bahwa Volksraad
bukanya “menjadi” raadnya rakyat (yolks), tetapi raadnya gula (suiker) suiker
raad.*4
Penolakan Volksraad itu
membenarkan pendapat Semaoen bahwa tidak ada gunanya percaya pada niat baik
pemerintah, wakil kaum tebu itu. Hanya pada kekuatan sendirilah usaha membina
pergerakan harus terwujud. Penolakan itu berarti
-41-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Memperkuat kedudukan Semaoen
didalam Sarekat Islam dan kaum yang masih percaya makin terdesak karenanya.
Dalam bulan September 1918,
Sarekat Islam mengadakan lagi sidangnya yang dihadiri oleh pengurus Central dan
para Komisaris Daerah. Sidang diadakan di Surabaya. Tujuanya untuk membicarakan
situasi polotik yang semakin memburuk. Harga-harga semakin membumbung tinggi. Niat
Pemerintah untuk mengadakan perubahan dalam aturan-aturan Pemerintahan,
tekanan-tekanan yang semakin terasa lagi bagi tokoh-tokoh pergerakan, akan
merupakan masalah di dalam siding itu.
Sidang yang diselenggarakan secepatnya itu hanya dihadiri 10 orang, yaitu :
Tjokroaminoto, Semaoen, Soekirno dan Sosrokardono. Anggota pimpinan yang
lainya, seperti Abdoel Moeis, Hasan Djajadiningrat, Moh. Joesoef, M.H.Nizam
Zoeny, Moh. Arief, Wignjadisastra, dan Brotosoeharddjo tidak dapat dating.
Pimpinan Sarekat Islam Medan tidak diundang (tidak sempat), sedangkan H. Achmad
Dahlan tidak member kabar.*5
Didalam siding ini diputuskan
untuk membentuk sebuah badan yang bertujuan menyokong tokoh-tokoh pergerakan
rakyat yang menjadi korban tindakan-tindakan pemerintah. Termasuk mereka yang
berada diluar Sarekat Islam. Badan ini
dinamakan Kas Wakaf Pergerakan Kemerdekaan SI dan diketuai oleh
Tjokrosoedarso. Segera sesudah badan ini berdiri, Semaoen meminta agar mendapat
bantuan keuangan karena ia korban pergerakan. Semaoen juga meminta agar
Sneevliet Diangkat menjadi wakil Sarekat Islam di Nederland. Lagipula ia
mempunyai massa yang dapat menolong pergerakan di Indonesia. Banyak tokoh SI
yang berkeberatan, karena di khawatirkan SI hanya akan menjadi alat dari
Sneevliet. Akhirnya diadakan usul kompromi, yaitu Sneevliet diangkat menjadi
wakil SI tetapi dengan mandat terbatas yang dapat dicabut. Usul itu ditermia
sidang
dengan perbandingan suara 5:4 dan 1 abstain.*6
Persoalan Indie Weerbaar menjadi masalah kembali di dalam
-42-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Sidang ini. Jika pada tahun 1917, Semaoen dikalahkan dengan
mayoritas sedikit, kini usulnya menang. Tjokroaminoto bertanya kepada sidang,
apakah sidang setuju bila ia meminta duduk dalam komite ini. Ia sendiri
menyatakan tidak setuju. Semuanya menjawab tidak, kecuali satu. Perubahan sikap
ini dengan sendirinya berhubungan erat dengan semakin memburuknya situasi serti
sikap Belanda yang “lebih memntingkan tebu daripada rakyat”. Mengenai komisi
Reform dan Komisi Bahan Makanan yang sedang dibentuk Pemerintah, sidang tidak
menyokong dan tidak juga menentangnya. Perihal Radicale Concentratie, Sarekat Islam hanya akan ikut serta bila tuntutan SI dijadikan landasan perjuanganya. Hal
lain yang diputuskan sidang ialah sikap terhadap orang Tionghoa. Yaitu ,bila
ada usul perdamaian dari mereka, usul itu akan diterima(Wwaktu itu Peristiwa
Kudus, dimana rumah orang-orang Tionghoa dibakari dan beberapa orang Tionghoa
terbunuh, masih sedang hangat-hangatnya), dengan syarat mereka ikut membantu
usaha-usaha pergerakan, ikut membantu menghilangkan perbedaan-perbedaan dan
tidak menentang usaha-usaha Sarekat Islam melawan kapitalisme. Usul ini datang
dari Semaoen yang meyakinkan sidang bahwa perjuangan melawan orang-orang
Tionghoa tidak ada gunanya karena musuh “kita” adalah kapitalis. Dengan
diterimanya pendangan Semaoen ini, maka Sarekat Islam sebagai dicita-citakan
untuk melawan pedagang Tionghoa sudah tamat riwayatnya.
Hasil-hasil sidang memperlihatkan bahwa konsepsi-konsepsi
Semaoen menguasai jalanya persidangan. Penolakan atasss Indie Weerbaar,
Perdamaian dengan orang Tionghoa, Pengangkatan Sneevliet sebagai wakil Sarekat
Islam di Nederland adalah perjuangan semaoen yang berhasil baik. Mungkin
ketidak hadiran Moeis telah memperlancar sidang ini. Sebab, jika Semaoen dan
Moeis hadir selalu saja terjadi pertentangan-pertentangan yang sengit.
-43-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Pergeseran situasi kekiri memang merupakan kemenangan Sarekat
Islam Semarang. Tetapi hal ini berarti perjuangan akan semakin berat.
Pemerintah tidak akan tinggal diam. Mereka berusaha menindas pergerakan SI
Semarang. Cara yang dilakukan ialah mengadakan penangkalan-penangkalan
terhadpap tokoh-tokoh sosialis revolusioner. Korban pertama adalah Snevliet
yang sejak 1918 telah diangkat kekapal untuk dikirim balik ke Eropa.*7 Korban
kedua Darsono yang sejak september 1918 telah dikeram dipenjara Surabaya,
dituduh menyiarkan hal yang berisi pernyataan kebencian terhadap pemerintah. Ia
dikenakan 9 Persdelict. Sementara itu
Douwes Dekker juga dituntut Pemerintah karena dituduh menyebarkan surat-surat
selebaran kepada serdadu-serdadu Belanda dengan tujuan menghasutnya. Semaoen
ddituntut karena menterjemahkan tulisan Sneevliet. Padahal pemuatanya diluaaar
tanggung jawabnya, karena tegas-tegas sudah ditulis diluar tanggung jawab
redaksi. Marco, musuh tradisional Belanda, hampir-hampir pula dijerat Asisten
Residen kaarena ia menulis sebuah sajak yang dapat ditafsirkan sebagai anjuran
mengusir kaum “kafir”.*8 Partoatmodjo, Ketua Sekssi Perburuhan SI Semarang yang
juga anggota redaksi Sinar Hindia,
dikenakan Persdelict dan dalam bulan
Mei 1919 ia dihukum penjara 3 bulan.
Penindasan dan penutupan terhadap anggota-anggota SI Semarang
dan tokoh SI lainya yang anti Pemerintah, mungkin sekali ada hubunganya dengan
keputusan-keputusan yang diambil di dalam Kongres Nasional ke-3 CSI. Seperti
kita ketahui, di dalam Kongres ini sudah terdengar suara-suara untuk
mengaktifkan pekerjan dikalangan kaum buruh. Dan sebagai realisasinya, Mei 1919
di Bandung, diadakan Kongres PPPB yang dipimpin Sosrokardono.*9 Di Kongres itu
dicetuskan ajakan kepada sarekat-sarekat buruh untuk memperkuat diri dengan
mendirikan sebuah Vakbond. Usul ini disambut hangat oleh VSTP. Pemerintah
Belanda
-44-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
mulai waspada dan mungkin sekali ada hubunganya antara
penindasan yang keras dengan menangnya ide-ide Sarekat Islam Semarang.*10
Penindasan itu, malah lebih memilitankan Sarekat Islam
Semarrrang. Semaoen terpilih lagi sebagai ketua, sedangkan Marco terpilih
kembali sebagai komisaris dan Pejabat Petua.
Demikian pula Partoatmodjo, terpilih kembali sebagai ketua Seksi
Perburuhan, sedangkan Moh. Joesoef kini
kehilangan kedudukanya. Joesoef kini hanya seabagai penasehat saja.*11
Pada bulan-bulan pertama tahun 1919, penghimpunan massa
diintensifkan. Sarekat Islam Seksi Perempuan di bentuk dan menghimpun 3041
Anggota. Kegiatan ini telah mulai dibina sejak September 1918. Sebagai
perangsang untuk menggerakan kaum perempuan ini, dikobar-kobarkan bahwa di
pasar-pasarpun kaum perempuanpun diperlakukan sewenang-wenang. Oleh karena itu
bergeraklah.*12
Golongan terendah dari msyarakat kota juga tidak dilupakan
oleh Sarekat Islam Semarang. Golongan ini sangat ditakuti oleh orang-orang Eropa.
Golongan kaum Gembel ini, siap untuk mendengarkan “the cry of agitator.”*13
Kaum yang tidak mempunyaaai apa-apa ini dengan sendirinya mempunyai keberanian
yang lebih besar untuk bertindak dan sangat mudah dibakar semangatnya. Atas
inisiatif pimpinan Sarekat Islam, didirikan Sarekat Kere dalam bulan Febuari.
Tujuanya menghimpun orang-orang yang selalu miskin dan tidak punya “bondo”,
tanpa memandang bangsa. Dalam Sarekat Kere ini dihimpunlah gembel-gembel
“bumiputra Tionghoa” yang “tumpah darahnya” di Hindia. Orang-orang kaya ditolak
jadi anggota. Mereka hanya boleh jadi penyumbang. Sarekat Kere ini dipimpin
oleh Kromoloe, Sedangkan aktor intelektualnya ialah Partoatmodjo.*14
Merekapun sadar bahwa kere-kere ini dittakuti oleh
orang-orang kaya.
-45-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Barangsiapa dengan perkataan atau
dengan tanda-tanda atau dengan pertunjukan atau dengan cara lainya bertujuan
menimbulkan atau menunjukan perasaan permusuhan, Belanda atau penduduk Hindia
Belanda akan dihukum :
63 b dengan hukuman
penjara 6 bulan sampai 6 tahun.
66 b dengan hukuman kerja paksa diluar penjara
(rantai) selama 5 tahun.
Pasal ini pada 1918 dicabut dan diganti dengan pasal 154 dan
pasal 156 yang lebih berat lagi dan bunyinya:
Pasal 154 : Barang siapa mengeluarkan
pernyataan ditempat umum yang dapat menimbulkan perasaan permusuhan, benci
kepada pemerintah di Nederland atau Hindia Belanda, dihukum penjara selama-lamanya 7
-22-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
tahun atau denda sebanyak-banyaknya 300 rupiah Belanda ( Gulden).*18
Pasal-pasal yang bersifat karet ini terang merintangi kemajuan
rakyat kedalam soal Pemerintahan, dibentuklah Voklsraad dimana wakil-wakil dari
penduduk Indonesia dapat menyatakan pendapat-pendapatnya tentang soal-soal
pemerintah. Dari 39 orang anggotanya, 19 orang dipilih oleh dewan lokal (10
Indonesia, 9 Eropa dan Timur Asing), 19 diangkat (5 Indonesia, 14 Eropa dan
Timur Asing). Dengan demikian, dari 39
anggota, hanya ada 15 orang Indonesia.*19 Jelas sekali mengapa susunanya yang
sedemikian, tidak memuaskan Sarekat Islam Semarang dan karena itu mereka menolaknya.
Bagi mereka Volkdraad hanya suatu “Dewan Rayap”*20 dan anggota-anggotanya tidak
lebih dari “anak komedi”.*21 Lebih-lebih setelah susunan yang diangkat Pemerintah diumumkan, ketidakpercayaan
Sarekat Islam Semarang bertambah besar. Didalam menganalisis 19 anggota dewan
yang diangkat itu, Semaoen menyatakan pandanganya sebagai berikut :
Prangwedono (Mataram), ningrat etisi
Tengku Tjik
Mohamad Thajeb (Peruela), ningrat
Bergmeyer
(guru), tak dikenal
Schmutzer
(saudagar), kapitalis, musuh Kromo
Ir.Cramer,
bukan sosialis demokrat tulen bagi bumiputra
H.H.Kah (Kan
Hok Hoey), musuh Kromo ditanah partikelir
Liem A Pat
(Muntok), yang terang bukan wakil Kromo
-22-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Said Ismail, bukan wakil Kromo
Soeselisa,
idem
Stokvis
(etisi), idem
Major Pabst,
idem
Koning,
musuhnya Kromo
Birne,
musuhnya Kromo
Coster,
musushnya Kromo
F. Loah,
musuhnya Kromo
Dr.Tjipto
Mangunkusumo, nasionalis luntur (verwater
denasionalist)
Teeuwen,
bukanya Kromo
Dwidjosewojo,
penganjur Indie Weerbaar
Oemar Said
Tjokroaminoto, wakil Kromo dan seorang “diplomat”.
Terhadap orang-orang itu Semaoen menganalisis lebih lanjut
sebagai berikut : Duapuluh orang ini (sebenarnya 19), terdapat 5 orang
kapitalis yang terang-terangan berlawanan dengan kepentingan Kromo. Duan orang
ningrat yang bila dilihat dari kelasnya tidak akan memihak Kromo, 3 orang asing
yang tidak mempunyai kepentingan dengan kemerdekaan Indonesia. 2 orang Manado
yang dijadikan alat Belanda, seorang Weerbaar yang memperjuangkan kepentingan
kapitalis dan hanya seorang Kromo yang diplomatis. Diantara 39 amggota itu,
diperinci lebih lanjut, 18 Belanda, (9 orang ambtenar dan 9 orang
kapitalis) yang didalam batinya memusuhi Kromo, 11 orang alat kapitalis (5
orang ningrat, kecuali Regen Serang, Hasan Djajadiningrat), 3 orang “toekang
Weerbaar” 3 orang Ambon (dan Menado)
sebagai alat militer. Disamping itu terdapat pula 3 orang asing. Memang 5 orang
yang sebenarnya dapat menjadi wakilnya Kromo, tetapi sayangnya mereka masih
setengah masak. Mereka itu adalah 3 orang dari Insulinde dan 2 orang netral.
Hanya Tjokroaminoto seorang saja yang wakil Kromo. Namun demikian Semaoen tetap
mengharapkan kepada anggota-anggota Voklsraad itu supaya mereka memberikan
kritikan kepada pemerintah dan jangan menjadi “yes men” saja. Ia
-24-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Juga mengharapkan agar diusahakan hapusnya III RR, 47 RR dan
pasal 155 dan 156. Kata terahir Semaoen menyatakan supaya para wakil rakyat
yang sesungguhnya tidak perlu membuang waktu. “Wakil rakyat tidak suka jadi
wayang dalam tonil Volksraad.”*22
Kenyataan-kenyataan itu menunjukan bahwa justru dari
pemerintah sendiri yang merupakan wakil kapitalis, penindasan-penindasan itu
berasal. Dan ini menyadarkan mereka bahwa dipundak rakyat sendiri terletak
kewajiban untuk mencapai cita-cita perbaikan. Dengan persatuan yang teguh
antara rakyat yang tertindas, dapat diciptakan kekuatan yang mampu memaksa
Pemerintah/Kapitalis tunduk pada tuntutan-tuntutan rakyat. Karena itu persatuan
sangatlah penting. Perstuan antara bumiputra dan Tionghoa, antara kalangan
wartawan dan yang lain-lainya. Dengan mengambil pelajaran-pelajaran dari
revolusi-revolusi di Eropa (Lenin di Rusia, Bela Khoon di Hongaria, dan kaum
Spartacus di Jerman). Pimpinan Sarekat Islam Semarang menjadi selalu menekankan
betapa pentingnya persatuan antara buruh
dan tentara (istilah mereka, buruh berseragam). Persatuan demikian sangatlah
ditakuti kaum imperialis. Antara kaum buruh dan tentara pada hakikatnya tidak
ada perbedaan, karena keduanya adalah rakyat miskin, yang diperas oleh kaum
kapitalis. Pada waktu itu gaji tentara hanyalah 25 sen sehari.*23 Dengan
persatuan yang kuat kaum kapitalis dapat dihadapi, dapat dipaksa untuk menerima
tuntutan-tuntutan kaum buruh. Misalnya ketika Gubernur Jendral menolak usul
pengurangan areal tebu sebanyak 50%, Darsono menganjurkan pemogokan sebagai
demonstrasi kekuatan.*24
Dan suatu yang menarik dari konsesi-konsesi “kaum Marxis” ini
jelas terbayangnya tendensi-tendensi nihilis. Mereka sadar bahwa untuk melawan
penindasan, kalau perlu menjalankan gerakan-gerakan bawah tanah dan secara
samar-samar menganjurkan teror.*25 Rakyat dan buruh hanya dapat dipersatukan
manakala mereka sadar akan keperluanya.Dan
-25-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Selama mereka belum sadar, semua usaha
akan gagal. Cara menyadarkanya hanya satu.Yaitu bicara “blak-blakan”, nyata dan
jelas, agar dimengerti oleh rakyat. Rakyat Jawa masih bodoh , kata Darsono dan
untuk menyadarkanya diperlukan cambbuk, yaitu artikel-artikel (tulisan) yang
berani. Tulisan-tulisan yang logis dan ilmiah tidak ada gunanya, karena tidak
dimengerti oleh rakyat.Sekarang ini yang diperlukan adalah orang-orang
berani.Bukanya orang yanga terdidik dan pandai.Orang yang berani menunjukan
gigi. Bukanya lidah, kata Mas Marco.*26 Mereka juga sadar tulisan-tulisanya
akan membawa mereka ke penjara. Tetapi karena ini jalan satu-satunya, maka
harus ditempuh. Orang sering memnganggap bahwa cara-cara “Hantam kromo” pergerakan nasional dalam periode awalnya,
merupakan cara perjuangan yang ngawur. Tidak berstrategi dan hanya didorong
sentiment saja.Menurut pendapat saya, pendapat demikian kurang tepat. Sebab,
setiap zaman mempunyai cara-caranya sendiri untuk menyadarkan massa. Dan
seperti yang telah dinyatakan Darsono, untuk periode belasan, cara yang tepat
adalah cara hantam kromo. Cara “intelektualistis” jika sekiranya digunakan,
mungkin tidak akan pernah membangunkan semangat rakyat. Prinsip “hantam
kromo” ini pernah pula dilakukan oleh
Suwardi Suryanigrat (bersama dengan Dr. Tjipto Mangunkusumo dan Douwes Dekker)
pada tahun 1913 ketika ia menulis “Als ik enn Nederlander was” (seandainya saya
orang Nederland). Walaupun ia sudah diperingatkan oleh Abdul Moeis akan
akibat-akibatnya, Suwardi tetap melakukanya.*27 Dengan “shock theraphy” ini
pergerakan rakyat bertambah militant dan tegas.
Aksi-AKsi Sarekat Islam Semarang (Mei 1917-Oktober
1918)
Setelah melihat sejumlah
konsep pemikiran SI Semarang, akan kita lihat sekarang tindakan-tindakan dari
SI Semarang, sebagai pelaksanaan konsep-konsep dari pemikiran itu. Jabatan
Presiden SI masa itu untuk pertama kalinya muncul soal-
-26-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
soal tanah partikelir,
perkebunan tebu,Volksraad dan masalah nasib buruh. Dan untuk pertama kalinya pula
masalah-masalah itu dibawa ke dalam Kongres Nasional Sarekat Islam ke-2di
Jakarta yang diselenggarakan dari tanggal 20 hingga 27 Oktober 1917. Kongres itu dihadiri para
utusan Sarekat Islam dari seluruh Indonesia.Disinilah Semaoen dan kawan-kawanya
mencoba mempengaruhi para peserta kongres dangan konsepsi-konsepsinya tentang
masalah perbaikan social.Usaha menyebarkan ide-idenya tentang Marxistis
berhadapan dengan Abdoel Moeis yang tegas-tegas menolaknya.Mereka berbeda dalam
hal Indie Weerbaar dan soal-soal Nasionalisme.Kongres ternyata mendukung adanya
milisi bumiputra (Indie Weerbaar).Semaoen mencoba untuk mencabut mosi
tersebut.Tetapi tidak berhasil.*28 Namun akhirnya dicapai suatu kompromi. Mosi
yang mendukung pemecatan semaoen atau Sarekat Islam Semarang dan mosi Semaoen
dank awn-kawan yang menolak Indie Weerbaar, kedua-duanya dicabut.*29 Dalam hal Nasionalisme juga terdapat
perbedaan antara Semaoen dan Abdoel Moeis. Didalam perasaan mengenai Nasionalisme,
Abdul Moeis menyatakan bahwa kemerdekaan merupakan hal yang tidak dapat
ditolak.Kita harus mempunyai rasa Nasionalisme dan sekarang ini kita perlu
mengobarkannya. Pihak Belanda “Tropen coolers” mempunyai beberapa cara untuk
menentangnya. Pertama, secara
terang-terangan.Kedua, mengadu domba
antara peranakan dan “Boemipoetra”.Tetapi yang paling berbahaya adalah Belanda
yang bertopeng membela Indonesia dengan mulut manisnya.Melalui orang-orangnya,
mereka menindas perasaan cinta tanah air dan bangsa dan memecah persekutuan
Indonesia (yang dimaksud ialah ISDV dan Het Vrije Woordt).Kita tidak keberatan
bila ada orang Belanda yang pro Indonesia. Tetapi mereka tidak bo;eh memegang
pimpinan pergerakan, yang harus tetap ditangan orang aIndonesia.*30
Semaoen yang merasa disindir,
segera membantah. Tetapi A.Moeis menjawab siapa yang merasa tersinggung, dialah
-27-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Orangnya.*31 Seperti
diketahui, Abdoel Moeis waktu itu baru saja datang dari negri Belanda sebagai
perutusan Indie Weerbaar. Dan disinilah ia mempengaruhi kaum Nasionalis
Indische Partij.*32
Dalam hal kapitalisme, Semaoen
dan kawan-kawanya juga berbeda pendapat mengenai “kapitalisme bumiputra” yang
tidak jahat.Jadi tidak usah ditentang.Sidang kongres CSI ke-2 ahirnya mengambil
jalan tangah.Yaitu menentang kapitalisme yang jahat.Istilah kapitalisme jahat
ini mengandung pengertian bahwa ada kapitalisme yang baik.*33 Namun demikian
dari anggaran dasar yang disusun kongres, jelas terlihat adanya pengaruh
sosialisme.
Kongres CSI ke-2 itu
selanjutnya membahas hubungan antara agama, kekuasaan dan kapitalisme, dan
kesimpulan yang dirumuskanya :
Dengan tiada ferdoelikan segala igama
jang lain, dan mengoesahakan kesabaran hati sebagaijang terboeka oleh
Al-Qoerandalam soerat Qoelya, maka Central Sarekat Islam pertjaya igama Islam
itoe memboeka rasa fikiran demokratis.
Sambil mendjoendjoeng tinggi pada
koeasa negri.Maka Central Sarekat Islam menoentoet bertambah-tambah koeasa
negri, pengaroehnja segala golongan ra’jat Hindia diatas djalanja Pemerintahan
agar soepaja kelak mendapat koeasa pemerintah sendiri (zelfsbestuur). Boeat mentjapai hal itoe maka Central SI
akan menggoenakan segala kekoeatannja menoeroet djalan jang patoet. Central
Sarekat Islam tidak menjukai soeatoe bangsa berkoeasa diatas bangsa jang lain
dan menoentoet dari pihak koeasa negri akan memberikan perlindungan jang besar oentoek
orang-orang jang lembek dan miskin, baik boeat keperloean mentjari kepandaian,
maoepoen boeat keperloean mentjari makan. Central Sarekat Islam memerangi
kekoeasannja kapitalisme jang djahat jang pada kejakinanja bahagian terbesar
daripada pendoedoek boemipoetra amat boeroek adanja. Boeat mendjalankan
-28-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
dengan sepatoetnja semoea haknja
pendoedoek negri, maka Central Sarekat Islam menimbang ta’boleh tidak perloelah
didjalankanja boedi akal masing-msing orang itoe akan bersama-sama dengan boedi
pekerti, jang pada pendapatnja CSI igama itoelah daja oepaja jang teroetama
boleh dipergoenakan dalam maksoet itoe dan CSI pertjaja igama Islam adalah
sebaiknja igama oentoek mendidik boedi pekertinja ra’jat.Dalam itoepoen negri
hendaklah tiada terkena pengaroehnja pertjampoeran barang soeatoe igama itoe.
CSI mentjari hoeboengan bantoe-membantoe kerdja bersama-sama dengan semoea perhimpoenan
politik dan orang-orang jang bersetoedjoe dengan azasnja.*34
Pengaruh kelompok Semarang
atas program kerja yang dihasilkan kongres ini, tampak jelas. Mereka juga
memperjuangkan Nasionalisasi perusahaan-perusahaan besar atau yang mendapat
keuntungan-keuntungan besar. Bagi Sarekat Islam Semarang, kongres ke-2 CSI ini
punya arti penting. Golongan yang anti Indie Weerbaar dan memihak SI Semarang
hamper separo.*35 Semaoen merapa puas dan ini juga diakui oleh Koran Abdoel
Moeis, Kaoem Moeda dalam penerbitanya
tanggal 29 Oktober 1917. Katanya, “Sarekat Islam sekarang sudah bernada
sosialis”.Perihal tengah antara kapitalisme, Semaoen belum mau mengemukakan
pandanganya. Ia masih berharap Tjokroaminoto sendiri akan memberikan garis
lurus untuk menghantam kapitalisme.*36 Setelah
kongres selesai, Sarekat Islam Semarang mulai mengadakan aksi-aksi untuk
memperjuangkan cita-citanya. Desember tahun itu juga SI Semarang mengadakan
rapat anggota dan menyerang ketidakberesan ditanah-tanah partikulir.*37 Juga
kaum buruh diorganisasi supaya lebih militan dan mengadakan pemogokan terhadap
perusahaan-perusahaan yang sewenang-wenang. Korban pertama pemogokan ini adalah
perusahaan mebel yang memecat 15 orang buruhnya. Atas nama Sarekat Islam, semaoen dan Kadarisman memproklamasikan pemogokan dan menuntut 3 hal. Pertama,
pemgurangan jam kerja dari 8,5 jam menjadi 8 jam. Kedua, selama
mogok, gaji dibayar penuh dan ketiga, setiap
-29-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Yang dipecat, diberi uang pesangon 3 bulan gaji. Dalam
proklamasi pemogokan itu, mahalnya biaya hidup, juga digugat. *38 Pemogokan ini
ternyata merupakan senjata yang ampuh. Dalam waktu 5 hari saja, majikan
menerima tuntutan SI Semarang dan pemogokan pun dihentikan.
Kesadaran betapa ampuhnya senjata mogok yang diorganisasi dan
dibantu Sarekat Islam ini, sebulan kemudian dipakai kembali. Yang menjadi
permasalahan ialah seorang mandor galak
di sebuah bengkel mobil memukul kulinya. Sarekat Islam Semarang menyatkan mogok dan akan terus mogok, bila tidak
diambil tindakan39 dan beberapa hari kemudian tunutan SI Semarang itu diterima
oleh majikan bengkel mobil tadi.*40
Usaha Semaoen dalam bidang perburuhan yang berhasil baik ini,
dengan sendirinya menaikan daya dan semangat juang Sarekat Islam Semarang.
Setelah ini mereka mulai berjuang melawan tuan-tuan tanah yang memeras penduduk
desa ditanah partikulir. Langkah permulaan mereka ialah menulis surat terbuka
kepada setiap tuan tanah di Semarang. Dalam surat itu dinyatakan harapan agar
mereka mau menjual tanah-tanah mereka kepada pemerintah dan pemerintah agar
mengurangi sewa tanah dengan 50%. Disamping itu diminta agar kerja rodi seperti
gugur gunung dan jaga gedung dihapuskan. Akhirnya dikabulkan juga oleh
tuan-tuan tanah dan SI Semarang, tetapi para petani tetap saja menjalankan
“aksi sepihak”. Waktu itu saja sudah ada lima orang petani yang ditangkap
karena memotong padi disawah yang mereka anggap sawah mereka. Dalam hal seperti
itu, SI Semarang tetap membela kaum tani.*43 Pemgalaman dalam hal tanah ini
merupakan pengalaman yang pahit bagi SI Semarang. Semenjak itu usaha-usaha
kongkret mengenai tanah ini tidak lagi dikerjakan. Ketika SI Semarang membuat
laporan kerja anggota tahunan.usaha melawan tuan-tuan tanah diakui sebagai
sesuatu yang kurang berhasil.*44
Disamping usaha kedalam tubuh SI Semarang, usaha untuk
-30-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Aktif menentang Pemerintah/Kapitalis, seperti Indie Weerbaar
dan Volksraad serta lainya juga tetap diaktifkan. Dalam setiap resolusi dan
tulisan-tulisan, hal-hal itu tetap diserang. Namun, hal ini akan lebih besar
arti politis psikologisnya, manakala yuang menyatakanya adalah Central Serikat
Islam atau cabang-cabang SI lainya.
Maka itu penebaran ide-ide sosialistis dilakukan SI Semarang
dengan giat sekali. Abdoel Moeis yang dianggap sebagai lawan dari Central
Serikat Islam (Waktu itu ia wakil Presiden), dimaki-maki, baik oleh ISDV maupun
oleh SI Semarang. Sebagai “Boedak Setan Oeang”. Sarekat Islam Semarang atas nama
20.000 anggotanya meminta agar Abdoel Moeis dipecat sebagai wakil presiden CSI.
Ketika Tjokroaminoto ditunjuk Pemerintah sebagai anggota Volksraad, ia ragu dan
meminta pendapat cabang-cabang. SI
Semarang dengan cepat menulisi cabang-cabang lainya, agar mereka menyatakan
tidak setuju duduknya Tjokroaminoto di Volksraad. Dalam surat SI Semarang itu antara lain dinyatakan bahwa
Belanda tidak memandang mata kepada SI yang besar tetapi hanya diberi satu kursi.
Abdoel Moeis sendiri bukanlah Wakil SI di Volksraad, karena ia mewakili Indie
Weerbaar. Sedangkan ISDP (pecahan dari ISDV) mendapat 2 kursi. Tjokroaminoto
diangkat rakyat supaya tidak berteriak-teriak. Kepada cabang-cabang SI lainya,
dianjurkan agar mereka menuntut
pemilihan umum.
Goena apa
menoelis soerat
Kalau masih
dapat berjoempa
Goena apa
dapat Volksraad
Kalau masih
kurang sempoerna
Tetapi usaha mereka ini gagal. Ternyata suara yang menyetujui
Tjokro ke Volksraad berjumlah 27, yang anti-26, 1 blangko dan tak sah. Dari
kalangan pimpinan CSI sendiri yang duduk dalam Volksraad.
Selama triwulan pertama dan bulan-bulan berikutnya Sarekat
Ilam Semarang mendapatkan dua orang tenaga yang
-31-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Cakap. Yang pertama adalah Darsono, seorang pemuda yang baru
berusia 19 tahun. Anak seorang pegawai negeri dan sejak kecil ia hidup
dikalangan anak-anak kaum tani. Setelah ia menamatkan pendidikan sebagai “ahli”
pertanian, ia bekerja disebuah perkebunan. Disini ia lihat kemiskinan dan
sistem sosial yang sangat buruk. Selama itu ia membacai segala macam buku yang
dapat ia peroleh. Ketika usahanya untuk melanjutkan pelajaranya ke Sekolah
Dokter Hewan ditolak, ia keluar dari pekerjaanya dan kembali ke Semarang. Pada
suatu hari ia mengikuti persidangan Sneevliet dan ia sangat terkesan pada
adanya orang Belanda yang memihak rakyat. Pada mulanya iaragu. Tetapi setelah
ia ketahui bagaimana Sneevliet karirnya dikantor dagang yang bergaji F.1000,-,
kemudian aktif membela rakyat, hormatnyapun bertambah-tambah. Dipengadilan itu
ia bertemu dengan Semaoen yang segera mengajaknya aktif dalam Sarekat Islam
Semarang. Proses kejiwaanya yang mendorong ia mencari suatu sistem yang baru,
membawa Darsono ke jalan Sosialisme. Semaoen dalam kenang-kenanganya mengenai
Darsono menulis...
“Ia (Darsono, Soe) melihat, bagaimana mereka makan koerang
tjukup. Bodo-bodo seperti kanak-kanak, meskipoen soedah besar. Sakit koerang
jang memelihara sebaik-baiknja, beroemah dalam kombong-kombong dengan
kekoerangan semoea perkara”. Disamping itu juga ia melihat orang-orang yang kaya raya.
Terjadilah pergulatan didalam pikiran untuk mendapatkan jawaban. Islam, Kristen
dan Budha tidak menjawabnya. Sampai ia menemukanya didalam ilmu Sosialisme.
Semaoenlah yang menempatkan Darsono ke redaksi Sinar djawa sejak 27
Febuari 1918, untuk bagian telegram.
Orang kedua yang ditemukan Semaoen adalah Marco Kartodikromo,
seorang wartawan yang berani. Marco dilahirkan di Cepu. Ia pernah memimpin
redaksi Swatatomodi solo ketika Sarekat Islam Tirtoadhisurjo
(1913). Ia juga pernah menjadi sekertaris I Sarekat Islam. Dalam tahun 1914,
Mas Marco mendirikan Inland Jurnalisten Bond di Solo
-32-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Dan ia sendiri menjadi ketuanya. Setahun kemudian ia dipenjarakan
selama setahun karena memuat tulisan seseorang ( mungkin Dr. Tjipto
Mangunkusumo) tentang pergerakan nasional. Secara pikiran politik Marco sangat
dekat dengan Tjipto Mangunkusumo. Tahun 1916 setelah keluar dari penjara, Mas
Marco pergi ke Negri Belanda dan disini ia dekat dan dipengaruhi oleh
tokoh-tokoh nasionalisme kiri seperti Suwardi Suryadiningrat. Menurut Darsono, Mas Marco lebih nasionalis dari pada sosialis. Dibidang jurnalistik Mas Marco
lebih terkenal sebagai wartawan yang berani dan bandel. Nederland ternyata
bukan tempatnya untuk berjuang bagi Marco dan tak lama kemudian ia kembali ke
Indonesia. Selama di dalam perjalanan pulang ke Indonesia, Marco menulis
“Samarata Samarasa”. Sebuah tuliusan yang sangat tajam bagi Belanda. Sebelum
tulisan ini habis dimuat, Mas Marco sudah lempar kembali kepanjara, dan dihukum
setahun lagi. 21 Febuari 1918 ia keluar dari penjara dan ditawari kerja di Sinar
Djawa dimana ia bekerja bersama Semaoen dan kawan-kawanya.*45
Semakin lama SI Semarang kembali radikal. Yang kurang radikal
satu persatu mulai meninggalkan SI mulai
28 Febuari, Moh Joesoef yang pertama-tama
keluar dari Sinar Djawa.*46 Disusul kemudian Aloei dan
Martowidjojo dari kalangan pimpinan SI Semarang. Kedua orang itu diganti oleh
Darsono dan Mas Marco. Darsono diangkat menjadi Komisaris dan Mas Marco sebagai
pejabat Presiden SI Semarang, bila Semaoen berada diluar Semarang atau dalam
perjalanan.*47
Dalam bulan April 1918, SI Semarang kembali menghadapi persoalan
yang sulit. Ia harus menangani pemogokan yang terjadi di Niuwe courant,
sebuah harian dimana terdapat juga percetakan. Pemogokan ini merupakan
perjuangan yang lama dan sengit. Majikan ternyata tidak menyerah pada
tuntutan-tuntutan Sarekat Islam. Sampai Juli kaum buruhnya masih ada yang mogok
dan SI Semarang mengerahkan dana untuk
-33-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Menolong buruh-buruh yang masih mogok. Setelah beberapa waktu
lamanya, banyak buruh yang masuk kerja kembali. Secara moril hal ini merupakan
kekalahan SI Semarang.
Salah stu perjuangan lain dari SI Semarang yang gagal ialah
usahanya bersama ISDV untuk ikut dalam pemilihan anggota Gemeente Raad
Semarang. Calon SI Semarang (Semaoen, Marco, Darsono, Soepardi, Kadarisman,
Moh.Joesoef dan Moh.Ali) memperoleh suara yang sangat sedikit. Mas Marco hanya
memperoleh 42, Kadarisman 38, Moh Ali 32, Moh.Joesoef 71, Semaoen 53, Soepardi
36, sedangkan Darsono sudah pindah ke Surabaya ketika itu.*48 Kekalahan ini
disebabkan oleh aturan pemilihan yang berdasarkan pajak. Hanya mereka yang
berpenghasilan F.600, setahun yang boleh memilih. Rakyat miskin yang justru
menjadi tulang punggung SI Semarang, praktis tak memenuhi syarat ini dan karena
itu tidak boleh memilih.*49
Jika kita melihat pengaruh ide-ide sosialis revolusioner
dikalangan SI di kota-kota lainya, ternyata bahwa Semaoen berhasil mempengaruhi
hampir separuh jumlah SI lokal. Didalam sidang-sidang kongres CSI, banyak
cabang yang menyokong Semaoen dan kawan-kawanya yang hampir-hampir saja
mengalahkan suara lawan-lawan mereka. Indie Weerbaar dan Volksraad misalnya.
Tokoh-tokoh SI Semarang menyadari hal itu. Dan mereka secara intensif
mengadakan kursus-kursus kader untuk kemudian menyebarkanya kekota lainya.
Darsono, dikirim Semaoen ke Surabaaya (Pusat Sarekat Islam), justru menyerang
golongan-golongan moderat.*50 Di pekalongan misalnya, terdapat Z.Mohamad,
seorang tokoh Marxis yang berpengaruh. Di Jawa Timur tercatat Sukirno, dan di
Solo H.Misbach. Kader-kader itulah yang diharapkan dapat menguasai SI lokal dan
menyokong ide-ide sosialisme didalam bahasa Melayu.*51 Dan bulan Juni tahun itu
juga, kursus demikian telah dilakukan sendiri oleh SI Semarang yang mengiklankan
hal itu diharian mereka sendiri, dan melalui kader-kader
-34-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Politiknya. Pemuda-pemuda yang sedikitnya punya diploma
kelien-ambtenar-eksamen, yang suka menjadi pemimpin bangsanya, terutama Kaum
Kromo dan yang suka bicara didalam rapat-rapat (vergedering) besar. Pemuda akan diberi didikan oleh bestuur SI
Semarang buat memimpin. Bestuur SI akan berikhtiar supaya mereka bisa dapat
tempat di lokal-lokal SI yang meminta pemimpin mereka dengan dapat belanja dan
lokal-lokal.*52
Sampai dimana kursus-kursus itu, kurang jelas. Tetapi yang
terang niat untuk menyebarkan ide-ide sosialisme ke kota-kota lain telah pernah
dilakukan SI Semarang.
Menjelang pertengahan 1918, persiapan untuk kongres ke-2
Central Sarekat Islam telah mulai diadakan oleh SI Semarang. Didalam sebuah
rapat anggota ditentukan bahwa yang akan mewakili Semarang adalah Semaoen,
Darsono, Kasrin, Kadarisman, Soepardi dan Soegeng. Tugas mereka ialah
memperjuangan keringanan pajak untuk rakyat dan pemberatan pajak buat
kapitalis.*53 Kongres tersebut akan diadakan di Surabaya dari 29 September
hingga 6 Oktober Dengan dihadiri 87 cabang Sarekat Islam.*54 Nada kongres ini, seperti juga kongres ke-2,
bersifat sosialistik. Dan seperti juga di kongres ke-2, pertentangan Abdoel Moeis dan Semaoen barulang kembali. Kongres
berlangsung tegang Abdoel Moeis yang sejak kongres ke-2 diserang kelompok Semarang, kini berusaha menjatuhkan Semaoen.
Pertentangan ini berkisar kepada beberapa soal pokok yaitu:
Agama - Grup Abdoel Moeis agar agama Islam
diperkembangkan. Sedang kelompok Semaoen sudah puas apabila agama Islam tidak
dibelakangkan dari agama lain di Indonesia.
Nasionalisme- Kelompok Moeis menolak pertuanan
bangsa yang satu oleh bangsa yang lain. Disinilah terletak hakekat perjuangan
Semaoen menganggap perjuangan melawan kapitalisme adalah terpokok, walaupun
dalam menghadapi kapitalisme “Bumiputra” dan tuan tanah “Bumiputra”
-35-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Akan digunakan
pertimbangan-pertimbangan.
KapitalismeTetapi kedua kelompok itu setuju bahwa untuk mencapai
kemerdekaan diperlukan penumpukan kapital. Tetapi Moeis ingin supaya kapital
itu dimiliki orang Indonesia. Sedangkan Semaoen ingin kapital-kapital besar
hanya dimiliki oleh koperasi-koperasi. Mengenai perusahaan besar-besar yang
banyak mendatangkan keuntungan, kedua tokoh itu sependapat bila diadakan
nsionalisasi. Bila Moeis masih mengharapkan pemerintah memberi bantuan, Semaoen
hanya percaya pada ikhtiar sendiri.
Lain-lainDalam mengemukakan masalah-masalah, terlihat bahwa
Moeis lebih mementingkan hal-hal umum, sedangkan Semaoen lebih mementingkan
hal-hal rakyat.*55
Pertentangan ini begitu hebatnya
sehingga dibicarakan didalam rapat tertutup pimpinanSemaoen mengancam akan
melepaskan diri dari Sarekat Islam, bila tuntutan-tuntutanya tidak di terima.Dalam
hal ini Tjokro Aminoto banyak memberi konsesi kepada Semarang. Semaoen
dijadikan Komisaris SI untuk Jawa
Tengah, sedangkan Darsono diangkat sebagai propagandis resmi Sarekat Islam.*56
Didalam rapat pimpinan itu juga Semaoen menggugat Moeis sebagai redaksi harian Neratja(sebuah
harian di Jakarta yang membawa suara Belanda), yang disubsidi pemerintah
Belanda. Semaoen berhasil meyakinkan sidang dan mendesak Moeis membuat sebuah
surat pengakuan yang berbunyi:
Bahwa ia
berjanji selamanja menjadi lid bestuur CSI Akan tetap menegakan azas CSI.
Bahwa ia
didalam jabatanja selaku hoofdredacteur surat kabar Neratja,
ia tidak ada perjanjian atau lain kesanggupan bahwa ia tidak didalam pengaruh
penerbitan Neratja dan mempunyai kalam merdika. Tetapi esok harinya juga
didalam sidang tertutup, Semaoen dan Darsono yang dituntut Moeis untuk membuat
surat serupa:
-36-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Bahwa
mereka selamanja menjadi lid bestuur SI akan tetap meneguhkan azasnya SI.
Bahwa
mereka berjanji kalau sekiranja ada perselisihan antara Vice President CSI,
sebelum perselisihan itu disiar-siarkan dalam surat kabar, akan diichtiarkan
supaja perselisihan tadi diputuskan didalam kalanganja bestuur CSI dengan
perdamaian dan sekiranja perlu mereka menjerang didalam surat kabar, merreka
tidak akan menjerang orangnja, tetapi perbuatanja saja.*57
Kongres ke-2 CSI ini akhirnya dapat
berjalan dengan baik, karena kepemimpinan Tjokroaminoto yang tanpa kehadiranya,
maka pertentangan Moeis dan Semaoen tak terhindarkan dan tak terpecahkan.*58 Diantara
keputusan yang diambil Kongres, salah satu yang amat penting bagi SI Semaarang
ialah tekad untuk menentang kapitalisme dengan mengorganisasikan kaum buruh
dikota-kota. Karena dari sinilah tumbuh akar perjuangan mati-matian kaum
sisialis revolusioner dimulai sampai pada tahun 1926.
Catatan
*1-Sinar Hindia, 14
Januari 1919, dinyatakan dalam laporan SI Semarang, mesio Mei 1917- Mei 1918.
*2-Sinar Djawa, 19
November 1917.
*3-Sneevliet lahir pada
tahun 1983 di Roterdam dan setelah menamatkan H.B.S., di kota ia aktif dalam
gerakan buruh kereta api. Selama tahun 1902-1909 ia berselisih dengan Toelstra,
karena Toelstra cenderung pada gerakan sosial demokrat. Dalam tahun 1913 ia
datang ke Indonesia sebagai sekretaris sebuah perkumpulan dagang. Ia sangat
terharu melihat kemiskinan rakyat Indonesia. Dan di Semarang mulai tahun 1914
ia Mengorganisir ISDV, sebuah gerakanSosial kiri Belanda. Karena ia dilarang
berpolitik oleh perusahaanya, lalu ia keluar dari pekerjaanya ini. Sikap
memihak rakyat Indonesia dan kefasihanya berpidato, memungkinkannya mendapat
hubungan yang luas dengan rakyat Indonesia. Ia sering diundang dalam
rapat-rapat dan kongres-kongres perkumpulan nasional dan perlahan-lahan ahirnya
ia mendapat pengikut. Setelah diusir dari Indonesia(1918), kemudian ia berdiam
di kanton sebagai Komintern dan berhubungan dengan Komintern SunYat Sen.
-37-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Konsepsi-konsepsi tentang perlunya
kerjasama antara kaum komunis dan borjuis nasional dalam menghadapi Imperialis,
seperti yang dilakukan di Indonesia (SI Semarang yang sosialis SI lai yang
borjuistis ) sangat mempengaruhi kaum komunis di Tiongkok. Teori-teori Mao Tse
Tunk tentang hal ini banyak dipengaruhi Sneevliet. Setelah Stalin berkuasa di
Komintern. Ia berselisih dengan Stalin (bersama Darsono, Tan Malaka, Tohir dan
lain-lain). Dalam tahun 1942 karena aktivitas-aktivitasnya menentang Nazi is
ditembak mati. Lihat Sinar Djawa, 21
November 1917; kahin , hal.72; D.M koch, on
de vrijheid (Jakarta :pembangunan 1950) hal.50; Winkler Paris Encyclopaidi, Jilid XVI, hal.722, dan wawancara
dengan Darsono,21 Agustus 1964 di Jakarta.
*4-Dalam menyusun gambaran di
kaum Marxis ini, Saga mendapatkan sedikit kesukaran. Mereka tidak mengemukakan
teori ini secara jelas dan sistematis, melainkan hanya menggunakan disana-sini
dalam artikel-artikelnya. Karena itu dalam menyusun sistematikanya saya bebas.
Yaitu dari pidato Semaoen, dalam Sinar
Djawa dan Sinar Hindia.
*5-Semaoen,Persdelict Semaoen (SI Semarang 1919)
hal.17.
*6-Pernyataan Soerjopranoto, Sinar Djawa, 20 Desember 1917.
*7-Semaoen,”Bestuurstelsel dan
Demokratie,” Sinar Hindia, 1 Mei
1918.
*8-Semaoen Persdelict, hal.12.
*9-Loc.cit.
*10-Ibid.hal.17.
*11-Usul Gubernur Jendrak
Stirum agar areal kebun tebu dikurangi 25% ditolak Tweede Kamer.
*12-Pernyataan Darsono, Sinar Hindia , 8 Mei 1918.
*13-Marco, “Comite Indie
Veerbaar”, Sinar Hindia, 2 September 1918.
*14-Semaoen, Ibid, hal.12.
*15-Gatolotjo, “Boeah Pikiran”,
Sinar Hindia, 26 Juni 1918.
*16-Onostrad,”Is did Been
Waarheid” (apa ini tidak betul), Sinar
Ddjawa, 6 April 1918.
*17-Darsono, “Giftige
Waarheispeijlen”, Sinar Hindia, 14
Agustus 1918.
*19-Soal Volkraad, lihat Von
Arx, L’evolution politique en Indonesia
-38-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
(Freinburg: Artiaginelli-Monza,
1914), hal.210-211.
*20-Chadirin, “Pemandangan”, Sinar Hindia, 19 Januari 1919.
*21-Sinar Hindia, 6 Juli 1918.
*22-Catatan kaki tidak
dicantumkan oleh penulis (Ed.).
*23-”Soentoek pada akal”, Soetra Ra’jat (Surabaya)1, No.8, 19
April 1918.
*24
*25
*26-Marco, “Dorongan Oentoek si
Pendjilat”, Sinar Hindia, 28 Agustus
1918.
*27-M.Balfas, Dr.Tjipto Mangoenkoesoemo: Demokrat sejati, (Djakarta: Djambatan,
1957).
*28-Sinar Djawa, 27 Oktober 1917.
*29-Sinar Djawa, 5 November 1917.
*30-Sinar Djawa, 24 Agustus 1917.
*31-Sinar Djawa, 25 Agustus 1917.
*32Ibid.,hal.136
*33-Van Niel, hal.137.
*34-Sinar Djawa, 27 November 1917. Dalam buku ini Van Niel yang
dicantumkan hanya rencana anggaran dasar. Lihat hal.135-136.
*35-Semaoen, “Pikiran atas
Nationale Congres jang kedoea di Betawai”, Sinar
Djawa, 2 November 1917.
*36- Loc. cit
*37-Sinar Djawa, 24 Desember 1917.
*38-Sinar Djawa, 6 Febuari 1917.
*39-Sinar Djawa, 11 Febuari
1917.
*40-Sinar Djawa, 11 Maret
1917.
*41-Sinar Djawa, 13 Maret
1917.
*42-Sinar Djawa, 8 Maret 1918.
*43-Sinar Djawa, 23,24,27,29 April 1918.
*44-Sinar
Hindia, 14, 15 Januari 1919.
-39-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
*45Mengenai
biografi Marco, lihat paper Soe Hok Gie
untuk mata kuliah Sejarah Pergerakan Nasional, Tjatatan Singkat Atas Riwayat Hidoep (1932).
*46-Sinar Djawa, 28 Febuari 1918.
*47-Sinar Djawa, 23 April 1918.
*48-Sinar
Hindia, 30 Juli 1918.
*49-Pada bulan Mei tahun 1918 dari 26.900 anggota SI Semarang, kaum saudagar
hanya berjumlah 100 orang, sedang kelas menengahnya (pegawai negri dan klerk)
hanya berjumlah 150 orang. Yang lainya terdiri dari rakyat Murba. Dimuat dalam
laporan SI Semarang periode Mei 1917-1918, lihat Sinar Hindia, 14-15 Januari 1919.
*50-Van Niel, Hal.142.
*51-Sinar Hindia, 14 Febuari 1918.
*52-Sinar Hindia, 5 Juni 1918.
*53-Sinar Hindia 2 Mei 1918.
*54-Encylopedie Van Nederlandsch
Indie, Lihat Bab Sarekat Islam.
*55-Semaoen,
“Tidak Berobah”, dalam Otoesan Hindia,
18 Oktober 1918.
*56-Van Niel, Hal. 142.
*57-Sidang-sidang tertutup sebenarnya tidak diumumkan.
Tetapi setelah kongres berahir, dikoran-koran mulai timbul cerita-cerita
dibalik layar tentang pertentangan antara Semaoen dengan Abdul Moeis. Koran Neratja membuat ulasan seakan-akan
pendapat Moeis berhasil mendominasi sidang. Demikian pula De Indier (Insulinde)
menyatakan bahwa Semaoen hanyalah alat ISDV. Untuk membantah semuai ini ahirnya
ia menulis sebuah surat pembaca diharia Oetoesan
Hindia, menceritakan “sedikit” jalanya rapat tertutup. Lihat edisi 18
Oktober 1918 dengan judul “Tidak Berobah”.
*58-Amelz, Tjokroaminoto: Hidoep dan Perdjoeanganja. Jakarta: Bulan Bintang, 1952, Hal.112.
-40-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
BAB IV : Dari Kongres Nasional ke-3 Sampai PKI
Pergesseran ke kiri dari
Kongres ke-3 ini, dengan sendirinya berhubungan erat dengan semakin memburuknya
situasi penghidupan rakyat pada umumnya. Tindakan pemerintah terhadap dunia
pergerakan kian lama kian terasa. Snevliet diusir dari Indonesia pada akhir
1917 (1918). Darsono sementara itu
dipenjarakan di Surabaya pada bulan September 1918 karena alas an Presdelict.*1 Walaupun demikian , perjuangan melawan harga
makanan tetap berlangsung dengan hebatnya. Akhir 1918 harga-harga telah mencapai
puncaknya. Misalnya, harga beras dipekalongan mencapai f.16, sepikulnya.*2
Harga ini terang diluar daya beli rakyat. Di Tangerang, pada awal 1919, rakyat
yang “lapar” menyerbu sebuah toko dan menumbulkan insiden-insiden. Bala bantuan
tentara bersepeda terpaksa dikerahkan dari Jakarta. Begitu parah keadaan bahan
makanan, sehingga setiap hari kita membaca berita-berita tentang kelaparan
disurat-surat kabar.
Di Volksraad, Dr. Tjipto
Mangunkusumo berteriak teriak menuntut pengurangan areal tebu dan perbaikan
nasib rakyat. Masalah ini diperdebatkan dengan sengit di dalam dewan. Akhirnya
dating berita bahwa Volksraad menolak ide pengurangan areal tebu dengan
perbandingan suara 10 lawan 20. Sosrokardono yang dalam hal pikiran dekat
dengan kelompok Semarang,*3 merasa begitu kecewa dan menyatakan bahwa Volksraad
bukanya “menjadi” raadnya rakyat (yolks), tetapi raadnya gula (suiker) suiker
raad.*4
Penolakan Volksraad itu
membenarkan pendapat Semaoen bahwa tidak ada gunanya percaya pada niat baik
pemerintah, wakil kaum tebu itu. Hanya pada kekuatan sendirilah usaha membina
pergerakan harus terwujud. Penolakan itu berarti
-41-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Memperkuat kedudukan Semaoen
didalam Sarekat Islam dan kaum yang masih percaya makin terdesak karenanya.
Dalam bulan September 1918,
Sarekat Islam mengadakan lagi sidangnya yang dihadiri oleh pengurus Central dan
para Komisaris Daerah. Sidang diadakan di Surabaya. Tujuanya untuk membicarakan
situasi polotik yang semakin memburuk. Harga-harga semakin membumbung tinggi. Niat
Pemerintah untuk mengadakan perubahan dalam aturan-aturan Pemerintahan,
tekanan-tekanan yang semakin terasa lagi bagi tokoh-tokoh pergerakan, akan
merupakan masalah di dalam siding itu.
Sidang yang diselenggarakan secepatnya itu hanya dihadiri 10 orang, yaitu :
Tjokroaminoto, Semaoen, Soekirno dan Sosrokardono. Anggota pimpinan yang
lainya, seperti Abdoel Moeis, Hasan Djajadiningrat, Moh. Joesoef, M.H.Nizam
Zoeny, Moh. Arief, Wignjadisastra, dan Brotosoeharddjo tidak dapat dating.
Pimpinan Sarekat Islam Medan tidak diundang (tidak sempat), sedangkan H. Achmad
Dahlan tidak member kabar.*5
Didalam siding ini diputuskan
untuk membentuk sebuah badan yang bertujuan menyokong tokoh-tokoh pergerakan
rakyat yang menjadi korban tindakan-tindakan pemerintah. Termasuk mereka yang
berada diluar Sarekat Islam. Badan ini
dinamakan Kas Wakaf Pergerakan Kemerdekaan SI dan diketuai oleh
Tjokrosoedarso. Segera sesudah badan ini berdiri, Semaoen meminta agar mendapat
bantuan keuangan karena ia korban pergerakan. Semaoen juga meminta agar
Sneevliet Diangkat menjadi wakil Sarekat Islam di Nederland. Lagipula ia
mempunyai massa yang dapat menolong pergerakan di Indonesia. Banyak tokoh SI
yang berkeberatan, karena di khawatirkan SI hanya akan menjadi alat dari
Sneevliet. Akhirnya diadakan usul kompromi, yaitu Sneevliet diangkat menjadi
wakil SI tetapi dengan mandat terbatas yang dapat dicabut. Usul itu ditermia
sidang
dengan perbandingan suara 5:4 dan 1 abstain.*6
Persoalan Indie Weerbaar menjadi masalah kembali di dalam
-42-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Sidang ini. Jika pada tahun 1917, Semaoen dikalahkan dengan
mayoritas sedikit, kini usulnya menang. Tjokroaminoto bertanya kepada sidang,
apakah sidang setuju bila ia meminta duduk dalam komite ini. Ia sendiri
menyatakan tidak setuju. Semuanya menjawab tidak, kecuali satu. Perubahan sikap
ini dengan sendirinya berhubungan erat dengan semakin memburuknya situasi serti
sikap Belanda yang “lebih memntingkan tebu daripada rakyat”. Mengenai komisi
Reform dan Komisi Bahan Makanan yang sedang dibentuk Pemerintah, sidang tidak
menyokong dan tidak juga menentangnya. Perihal Radicale Concentratie, Sarekat Islam hanya akan ikut serta bila tuntutan SI dijadikan landasan perjuanganya. Hal
lain yang diputuskan sidang ialah sikap terhadap orang Tionghoa. Yaitu ,bila
ada usul perdamaian dari mereka, usul itu akan diterima(Wwaktu itu Peristiwa
Kudus, dimana rumah orang-orang Tionghoa dibakari dan beberapa orang Tionghoa
terbunuh, masih sedang hangat-hangatnya), dengan syarat mereka ikut membantu
usaha-usaha pergerakan, ikut membantu menghilangkan perbedaan-perbedaan dan
tidak menentang usaha-usaha Sarekat Islam melawan kapitalisme. Usul ini datang
dari Semaoen yang meyakinkan sidang bahwa perjuangan melawan orang-orang
Tionghoa tidak ada gunanya karena musuh “kita” adalah kapitalis. Dengan
diterimanya pendangan Semaoen ini, maka Sarekat Islam sebagai dicita-citakan
untuk melawan pedagang Tionghoa sudah tamat riwayatnya.
Hasil-hasil sidang memperlihatkan bahwa konsepsi-konsepsi
Semaoen menguasai jalanya persidangan. Penolakan atasss Indie Weerbaar,
Perdamaian dengan orang Tionghoa, Pengangkatan Sneevliet sebagai wakil Sarekat
Islam di Nederland adalah perjuangan semaoen yang berhasil baik. Mungkin
ketidak hadiran Moeis telah memperlancar sidang ini. Sebab, jika Semaoen dan
Moeis hadir selalu saja terjadi pertentangan-pertentangan yang sengit.
-43-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Pergeseran situasi kekiri memang merupakan kemenangan Sarekat
Islam Semarang. Tetapi hal ini berarti perjuangan akan semakin berat.
Pemerintah tidak akan tinggal diam. Mereka berusaha menindas pergerakan SI
Semarang. Cara yang dilakukan ialah mengadakan penangkalan-penangkalan
terhadpap tokoh-tokoh sosialis revolusioner. Korban pertama adalah Snevliet
yang sejak 1918 telah diangkat kekapal untuk dikirim balik ke Eropa.*7 Korban
kedua Darsono yang sejak september 1918 telah dikeram dipenjara Surabaya,
dituduh menyiarkan hal yang berisi pernyataan kebencian terhadap pemerintah. Ia
dikenakan 9 Persdelict. Sementara itu
Douwes Dekker juga dituntut Pemerintah karena dituduh menyebarkan surat-surat
selebaran kepada serdadu-serdadu Belanda dengan tujuan menghasutnya. Semaoen
ddituntut karena menterjemahkan tulisan Sneevliet. Padahal pemuatanya diluaaar
tanggung jawabnya, karena tegas-tegas sudah ditulis diluar tanggung jawab
redaksi. Marco, musuh tradisional Belanda, hampir-hampir pula dijerat Asisten
Residen kaarena ia menulis sebuah sajak yang dapat ditafsirkan sebagai anjuran
mengusir kaum “kafir”.*8 Partoatmodjo, Ketua Sekssi Perburuhan SI Semarang yang
juga anggota redaksi Sinar Hindia,
dikenakan Persdelict dan dalam bulan
Mei 1919 ia dihukum penjara 3 bulan.
Penindasan dan penutupan terhadap anggota-anggota SI Semarang
dan tokoh SI lainya yang anti Pemerintah, mungkin sekali ada hubunganya dengan
keputusan-keputusan yang diambil di dalam Kongres Nasional ke-3 CSI. Seperti
kita ketahui, di dalam Kongres ini sudah terdengar suara-suara untuk
mengaktifkan pekerjan dikalangan kaum buruh. Dan sebagai realisasinya, Mei 1919
di Bandung, diadakan Kongres PPPB yang dipimpin Sosrokardono.*9 Di Kongres itu
dicetuskan ajakan kepada sarekat-sarekat buruh untuk memperkuat diri dengan
mendirikan sebuah Vakbond. Usul ini disambut hangat oleh VSTP. Pemerintah
Belanda
-44-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
mulai waspada dan mungkin sekali ada hubunganya antara
penindasan yang keras dengan menangnya ide-ide Sarekat Islam Semarang.*10
Penindasan itu, malah lebih memilitankan Sarekat Islam
Semarrrang. Semaoen terpilih lagi sebagai ketua, sedangkan Marco terpilih
kembali sebagai komisaris dan Pejabat Petua.
Demikian pula Partoatmodjo, terpilih kembali sebagai ketua Seksi
Perburuhan, sedangkan Moh. Joesoef kini
kehilangan kedudukanya. Joesoef kini hanya seabagai penasehat saja.*11
Pada bulan-bulan pertama tahun 1919, penghimpunan massa
diintensifkan. Sarekat Islam Seksi Perempuan di bentuk dan menghimpun 3041
Anggota. Kegiatan ini telah mulai dibina sejak September 1918. Sebagai
perangsang untuk menggerakan kaum perempuan ini, dikobar-kobarkan bahwa di
pasar-pasarpun kaum perempuanpun diperlakukan sewenang-wenang. Oleh karena itu
bergeraklah.*12
Golongan terendah dari msyarakat kota juga tidak dilupakan
oleh Sarekat Islam Semarang. Golongan ini sangat ditakuti oleh orang-orang Eropa.
Golongan kaum Gembel ini, siap untuk mendengarkan “the cry of agitator.”*13
Kaum yang tidak mempunyaaai apa-apa ini dengan sendirinya mempunyai keberanian
yang lebih besar untuk bertindak dan sangat mudah dibakar semangatnya. Atas
inisiatif pimpinan Sarekat Islam, didirikan Sarekat Kere dalam bulan Febuari.
Tujuanya menghimpun orang-orang yang selalu miskin dan tidak punya “bondo”,
tanpa memandang bangsa. Dalam Sarekat Kere ini dihimpunlah gembel-gembel
“bumiputra Tionghoa” yang “tumpah darahnya” di Hindia. Orang-orang kaya ditolak
jadi anggota. Mereka hanya boleh jadi penyumbang. Sarekat Kere ini dipimpin
oleh Kromoloe, Sedangkan aktor intelektualnya ialah Partoatmodjo.*14
Merekapun sadar bahwa kere-kere ini dittakuti oleh
orang-orang kaya.
-45-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
soal tanah partikelir,
perkebunan tebu,Volksraad dan masalah nasib buruh. Dan untuk pertama kalinya pula
masalah-masalah itu dibawa ke dalam Kongres Nasional Sarekat Islam ke-2di
Jakarta yang diselenggarakan dari tanggal 20 hingga 27 Oktober 1917. Kongres itu dihadiri para
utusan Sarekat Islam dari seluruh Indonesia.Disinilah Semaoen dan kawan-kawanya
mencoba mempengaruhi para peserta kongres dangan konsepsi-konsepsinya tentang
masalah perbaikan social.Usaha menyebarkan ide-idenya tentang Marxistis
berhadapan dengan Abdoel Moeis yang tegas-tegas menolaknya.Mereka berbeda dalam
hal Indie Weerbaar dan soal-soal Nasionalisme.Kongres ternyata mendukung adanya
milisi bumiputra (Indie Weerbaar).Semaoen mencoba untuk mencabut mosi
tersebut.Tetapi tidak berhasil.*28 Namun akhirnya dicapai suatu kompromi. Mosi
yang mendukung pemecatan semaoen atau Sarekat Islam Semarang dan mosi Semaoen
dank awn-kawan yang menolak Indie Weerbaar, kedua-duanya dicabut.*29 Dalam hal Nasionalisme juga terdapat
perbedaan antara Semaoen dan Abdoel Moeis. Didalam perasaan mengenai Nasionalisme,
Abdul Moeis menyatakan bahwa kemerdekaan merupakan hal yang tidak dapat
ditolak.Kita harus mempunyai rasa Nasionalisme dan sekarang ini kita perlu
mengobarkannya. Pihak Belanda “Tropen coolers” mempunyai beberapa cara untuk
menentangnya. Pertama, secara
terang-terangan.Kedua, mengadu domba
antara peranakan dan “Boemipoetra”.Tetapi yang paling berbahaya adalah Belanda
yang bertopeng membela Indonesia dengan mulut manisnya.Melalui orang-orangnya,
mereka menindas perasaan cinta tanah air dan bangsa dan memecah persekutuan
Indonesia (yang dimaksud ialah ISDV dan Het Vrije Woordt).Kita tidak keberatan
bila ada orang Belanda yang pro Indonesia. Tetapi mereka tidak bo;eh memegang
pimpinan pergerakan, yang harus tetap ditangan orang aIndonesia.*30
Semaoen yang merasa disindir,
segera membantah. Tetapi A.Moeis menjawab siapa yang merasa tersinggung, dialah
-27-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Orangnya.*31 Seperti
diketahui, Abdoel Moeis waktu itu baru saja datang dari negri Belanda sebagai
perutusan Indie Weerbaar. Dan disinilah ia mempengaruhi kaum Nasionalis
Indische Partij.*32
Dalam hal kapitalisme, Semaoen
dan kawan-kawanya juga berbeda pendapat mengenai “kapitalisme bumiputra” yang
tidak jahat.Jadi tidak usah ditentang.Sidang kongres CSI ke-2 ahirnya mengambil
jalan tangah.Yaitu menentang kapitalisme yang jahat.Istilah kapitalisme jahat
ini mengandung pengertian bahwa ada kapitalisme yang baik.*33 Namun demikian
dari anggaran dasar yang disusun kongres, jelas terlihat adanya pengaruh
sosialisme.
Kongres CSI ke-2 itu
selanjutnya membahas hubungan antara agama, kekuasaan dan kapitalisme, dan
kesimpulan yang dirumuskanya :
Dengan tiada ferdoelikan segala igama
jang lain, dan mengoesahakan kesabaran hati sebagaijang terboeka oleh
Al-Qoerandalam soerat Qoelya, maka Central Sarekat Islam pertjaya igama Islam
itoe memboeka rasa fikiran demokratis.
Sambil mendjoendjoeng tinggi pada
koeasa negri.Maka Central Sarekat Islam menoentoet bertambah-tambah koeasa
negri, pengaroehnja segala golongan ra’jat Hindia diatas djalanja Pemerintahan
agar soepaja kelak mendapat koeasa pemerintah sendiri (zelfsbestuur). Boeat mentjapai hal itoe maka Central SI
akan menggoenakan segala kekoeatannja menoeroet djalan jang patoet. Central
Sarekat Islam tidak menjukai soeatoe bangsa berkoeasa diatas bangsa jang lain
dan menoentoet dari pihak koeasa negri akan memberikan perlindungan jang besar oentoek
orang-orang jang lembek dan miskin, baik boeat keperloean mentjari kepandaian,
maoepoen boeat keperloean mentjari makan. Central Sarekat Islam memerangi
kekoeasannja kapitalisme jang djahat jang pada kejakinanja bahagian terbesar
daripada pendoedoek boemipoetra amat boeroek adanja. Boeat mendjalankan
-28-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
dengan sepatoetnja semoea haknja
pendoedoek negri, maka Central Sarekat Islam menimbang ta’boleh tidak perloelah
didjalankanja boedi akal masing-msing orang itoe akan bersama-sama dengan boedi
pekerti, jang pada pendapatnja CSI igama itoelah daja oepaja jang teroetama
boleh dipergoenakan dalam maksoet itoe dan CSI pertjaja igama Islam adalah
sebaiknja igama oentoek mendidik boedi pekertinja ra’jat.Dalam itoepoen negri
hendaklah tiada terkena pengaroehnja pertjampoeran barang soeatoe igama itoe.
CSI mentjari hoeboengan bantoe-membantoe kerdja bersama-sama dengan semoea perhimpoenan
politik dan orang-orang jang bersetoedjoe dengan azasnja.*34
Pengaruh kelompok Semarang
atas program kerja yang dihasilkan kongres ini, tampak jelas. Mereka juga
memperjuangkan Nasionalisasi perusahaan-perusahaan besar atau yang mendapat
keuntungan-keuntungan besar. Bagi Sarekat Islam Semarang, kongres ke-2 CSI ini
punya arti penting. Golongan yang anti Indie Weerbaar dan memihak SI Semarang
hamper separo.*35 Semaoen merapa puas dan ini juga diakui oleh Koran Abdoel
Moeis, Kaoem Moeda dalam penerbitanya
tanggal 29 Oktober 1917. Katanya, “Sarekat Islam sekarang sudah bernada
sosialis”.Perihal tengah antara kapitalisme, Semaoen belum mau mengemukakan
pandanganya. Ia masih berharap Tjokroaminoto sendiri akan memberikan garis
lurus untuk menghantam kapitalisme.*36 Setelah
kongres selesai, Sarekat Islam Semarang mulai mengadakan aksi-aksi untuk
memperjuangkan cita-citanya. Desember tahun itu juga SI Semarang mengadakan
rapat anggota dan menyerang ketidakberesan ditanah-tanah partikulir.*37 Juga
kaum buruh diorganisasi supaya lebih militan dan mengadakan pemogokan terhadap
perusahaan-perusahaan yang sewenang-wenang. Korban pertama pemogokan ini adalah
perusahaan mebel yang memecat 15 orang buruhnya. Atas nama Sarekat Islam, semaoen dan Kadarisman memproklamasikan pemogokan dan menuntut 3 hal. Pertama,
pemgurangan jam kerja dari 8,5 jam menjadi 8 jam. Kedua, selama
mogok, gaji dibayar penuh dan ketiga, setiap
-29-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Yang dipecat, diberi uang pesangon 3 bulan gaji. Dalam
proklamasi pemogokan itu, mahalnya biaya hidup, juga digugat. *38 Pemogokan ini
ternyata merupakan senjata yang ampuh. Dalam waktu 5 hari saja, majikan
menerima tuntutan SI Semarang dan pemogokan pun dihentikan.
Kesadaran betapa ampuhnya senjata mogok yang diorganisasi dan
dibantu Sarekat Islam ini, sebulan kemudian dipakai kembali. Yang menjadi
permasalahan ialah seorang mandor galak
di sebuah bengkel mobil memukul kulinya. Sarekat Islam Semarang menyatkan mogok dan akan terus mogok, bila tidak
diambil tindakan39 dan beberapa hari kemudian tunutan SI Semarang itu diterima
oleh majikan bengkel mobil tadi.*40
Usaha Semaoen dalam bidang perburuhan yang berhasil baik ini,
dengan sendirinya menaikan daya dan semangat juang Sarekat Islam Semarang.
Setelah ini mereka mulai berjuang melawan tuan-tuan tanah yang memeras penduduk
desa ditanah partikulir. Langkah permulaan mereka ialah menulis surat terbuka
kepada setiap tuan tanah di Semarang. Dalam surat itu dinyatakan harapan agar
mereka mau menjual tanah-tanah mereka kepada pemerintah dan pemerintah agar
mengurangi sewa tanah dengan 50%. Disamping itu diminta agar kerja rodi seperti
gugur gunung dan jaga gedung dihapuskan. Akhirnya dikabulkan juga oleh
tuan-tuan tanah dan SI Semarang, tetapi para petani tetap saja menjalankan
“aksi sepihak”. Waktu itu saja sudah ada lima orang petani yang ditangkap
karena memotong padi disawah yang mereka anggap sawah mereka. Dalam hal seperti
itu, SI Semarang tetap membela kaum tani.*43 Pemgalaman dalam hal tanah ini
merupakan pengalaman yang pahit bagi SI Semarang. Semenjak itu usaha-usaha
kongkret mengenai tanah ini tidak lagi dikerjakan. Ketika SI Semarang membuat
laporan kerja anggota tahunan.usaha melawan tuan-tuan tanah diakui sebagai
sesuatu yang kurang berhasil.*44
Disamping usaha kedalam tubuh SI Semarang, usaha untuk
-30-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Aktif menentang Pemerintah/Kapitalis, seperti Indie Weerbaar
dan Volksraad serta lainya juga tetap diaktifkan. Dalam setiap resolusi dan
tulisan-tulisan, hal-hal itu tetap diserang. Namun, hal ini akan lebih besar
arti politis psikologisnya, manakala yuang menyatakanya adalah Central Serikat
Islam atau cabang-cabang SI lainya.
Maka itu penebaran ide-ide sosialistis dilakukan SI Semarang
dengan giat sekali. Abdoel Moeis yang dianggap sebagai lawan dari Central
Serikat Islam (Waktu itu ia wakil Presiden), dimaki-maki, baik oleh ISDV maupun
oleh SI Semarang. Sebagai “Boedak Setan Oeang”. Sarekat Islam Semarang atas nama
20.000 anggotanya meminta agar Abdoel Moeis dipecat sebagai wakil presiden CSI.
Ketika Tjokroaminoto ditunjuk Pemerintah sebagai anggota Volksraad, ia ragu dan
meminta pendapat cabang-cabang. SI
Semarang dengan cepat menulisi cabang-cabang lainya, agar mereka menyatakan
tidak setuju duduknya Tjokroaminoto di Volksraad. Dalam surat SI Semarang itu antara lain dinyatakan bahwa
Belanda tidak memandang mata kepada SI yang besar tetapi hanya diberi satu kursi.
Abdoel Moeis sendiri bukanlah Wakil SI di Volksraad, karena ia mewakili Indie
Weerbaar. Sedangkan ISDP (pecahan dari ISDV) mendapat 2 kursi. Tjokroaminoto
diangkat rakyat supaya tidak berteriak-teriak. Kepada cabang-cabang SI lainya,
dianjurkan agar mereka menuntut
pemilihan umum.
Goena apa
menoelis soerat
Kalau masih
dapat berjoempa
Goena apa
dapat Volksraad
Kalau masih
kurang sempoerna
Tetapi usaha mereka ini gagal. Ternyata suara yang menyetujui
Tjokro ke Volksraad berjumlah 27, yang anti-26, 1 blangko dan tak sah. Dari
kalangan pimpinan CSI sendiri yang duduk dalam Volksraad.
Selama triwulan pertama dan bulan-bulan berikutnya Sarekat
Ilam Semarang mendapatkan dua orang tenaga yang
-31-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Cakap. Yang pertama adalah Darsono, seorang pemuda yang baru
berusia 19 tahun. Anak seorang pegawai negeri dan sejak kecil ia hidup
dikalangan anak-anak kaum tani. Setelah ia menamatkan pendidikan sebagai “ahli”
pertanian, ia bekerja disebuah perkebunan. Disini ia lihat kemiskinan dan
sistem sosial yang sangat buruk. Selama itu ia membacai segala macam buku yang
dapat ia peroleh. Ketika usahanya untuk melanjutkan pelajaranya ke Sekolah
Dokter Hewan ditolak, ia keluar dari pekerjaanya dan kembali ke Semarang. Pada
suatu hari ia mengikuti persidangan Sneevliet dan ia sangat terkesan pada
adanya orang Belanda yang memihak rakyat. Pada mulanya iaragu. Tetapi setelah
ia ketahui bagaimana Sneevliet karirnya dikantor dagang yang bergaji F.1000,-,
kemudian aktif membela rakyat, hormatnyapun bertambah-tambah. Dipengadilan itu
ia bertemu dengan Semaoen yang segera mengajaknya aktif dalam Sarekat Islam
Semarang. Proses kejiwaanya yang mendorong ia mencari suatu sistem yang baru,
membawa Darsono ke jalan Sosialisme. Semaoen dalam kenang-kenanganya mengenai
Darsono menulis...
“Ia (Darsono, Soe) melihat, bagaimana mereka makan koerang
tjukup. Bodo-bodo seperti kanak-kanak, meskipoen soedah besar. Sakit koerang
jang memelihara sebaik-baiknja, beroemah dalam kombong-kombong dengan
kekoerangan semoea perkara”. Disamping itu juga ia melihat orang-orang yang kaya raya.
Terjadilah pergulatan didalam pikiran untuk mendapatkan jawaban. Islam, Kristen
dan Budha tidak menjawabnya. Sampai ia menemukanya didalam ilmu Sosialisme.
Semaoenlah yang menempatkan Darsono ke redaksi Sinar djawa sejak 27
Febuari 1918, untuk bagian telegram.
Orang kedua yang ditemukan Semaoen adalah Marco Kartodikromo,
seorang wartawan yang berani. Marco dilahirkan di Cepu. Ia pernah memimpin
redaksi Swatatomodi solo ketika Sarekat Islam Tirtoadhisurjo
(1913). Ia juga pernah menjadi sekertaris I Sarekat Islam. Dalam tahun 1914,
Mas Marco mendirikan Inland Jurnalisten Bond di Solo
-32-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Dan ia sendiri menjadi ketuanya. Setahun kemudian ia dipenjarakan
selama setahun karena memuat tulisan seseorang ( mungkin Dr. Tjipto
Mangunkusumo) tentang pergerakan nasional. Secara pikiran politik Marco sangat
dekat dengan Tjipto Mangunkusumo. Tahun 1916 setelah keluar dari penjara, Mas
Marco pergi ke Negri Belanda dan disini ia dekat dan dipengaruhi oleh
tokoh-tokoh nasionalisme kiri seperti Suwardi Suryadiningrat. Menurut Darsono, Mas Marco lebih nasionalis dari pada sosialis. Dibidang jurnalistik Mas Marco
lebih terkenal sebagai wartawan yang berani dan bandel. Nederland ternyata
bukan tempatnya untuk berjuang bagi Marco dan tak lama kemudian ia kembali ke
Indonesia. Selama di dalam perjalanan pulang ke Indonesia, Marco menulis
“Samarata Samarasa”. Sebuah tuliusan yang sangat tajam bagi Belanda. Sebelum
tulisan ini habis dimuat, Mas Marco sudah lempar kembali kepanjara, dan dihukum
setahun lagi. 21 Febuari 1918 ia keluar dari penjara dan ditawari kerja di Sinar
Djawa dimana ia bekerja bersama Semaoen dan kawan-kawanya.*45
Semakin lama SI Semarang kembali radikal. Yang kurang radikal
satu persatu mulai meninggalkan SI mulai
28 Febuari, Moh Joesoef yang pertama-tama
keluar dari Sinar Djawa.*46 Disusul kemudian Aloei dan
Martowidjojo dari kalangan pimpinan SI Semarang. Kedua orang itu diganti oleh
Darsono dan Mas Marco. Darsono diangkat menjadi Komisaris dan Mas Marco sebagai
pejabat Presiden SI Semarang, bila Semaoen berada diluar Semarang atau dalam
perjalanan.*47
Dalam bulan April 1918, SI Semarang kembali menghadapi persoalan
yang sulit. Ia harus menangani pemogokan yang terjadi di Niuwe courant,
sebuah harian dimana terdapat juga percetakan. Pemogokan ini merupakan
perjuangan yang lama dan sengit. Majikan ternyata tidak menyerah pada
tuntutan-tuntutan Sarekat Islam. Sampai Juli kaum buruhnya masih ada yang mogok
dan SI Semarang mengerahkan dana untuk
-33-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Menolong buruh-buruh yang masih mogok. Setelah beberapa waktu
lamanya, banyak buruh yang masuk kerja kembali. Secara moril hal ini merupakan
kekalahan SI Semarang.
Salah stu perjuangan lain dari SI Semarang yang gagal ialah
usahanya bersama ISDV untuk ikut dalam pemilihan anggota Gemeente Raad
Semarang. Calon SI Semarang (Semaoen, Marco, Darsono, Soepardi, Kadarisman,
Moh.Joesoef dan Moh.Ali) memperoleh suara yang sangat sedikit. Mas Marco hanya
memperoleh 42, Kadarisman 38, Moh Ali 32, Moh.Joesoef 71, Semaoen 53, Soepardi
36, sedangkan Darsono sudah pindah ke Surabaya ketika itu.*48 Kekalahan ini
disebabkan oleh aturan pemilihan yang berdasarkan pajak. Hanya mereka yang
berpenghasilan F.600, setahun yang boleh memilih. Rakyat miskin yang justru
menjadi tulang punggung SI Semarang, praktis tak memenuhi syarat ini dan karena
itu tidak boleh memilih.*49
Jika kita melihat pengaruh ide-ide sosialis revolusioner
dikalangan SI di kota-kota lainya, ternyata bahwa Semaoen berhasil mempengaruhi
hampir separuh jumlah SI lokal. Didalam sidang-sidang kongres CSI, banyak
cabang yang menyokong Semaoen dan kawan-kawanya yang hampir-hampir saja
mengalahkan suara lawan-lawan mereka. Indie Weerbaar dan Volksraad misalnya.
Tokoh-tokoh SI Semarang menyadari hal itu. Dan mereka secara intensif
mengadakan kursus-kursus kader untuk kemudian menyebarkanya kekota lainya.
Darsono, dikirim Semaoen ke Surabaaya (Pusat Sarekat Islam), justru menyerang
golongan-golongan moderat.*50 Di pekalongan misalnya, terdapat Z.Mohamad,
seorang tokoh Marxis yang berpengaruh. Di Jawa Timur tercatat Sukirno, dan di
Solo H.Misbach. Kader-kader itulah yang diharapkan dapat menguasai SI lokal dan
menyokong ide-ide sosialisme didalam bahasa Melayu.*51 Dan bulan Juni tahun itu
juga, kursus demikian telah dilakukan sendiri oleh SI Semarang yang mengiklankan
hal itu diharian mereka sendiri, dan melalui kader-kader
-34-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Politiknya. Pemuda-pemuda yang sedikitnya punya diploma
kelien-ambtenar-eksamen, yang suka menjadi pemimpin bangsanya, terutama Kaum
Kromo dan yang suka bicara didalam rapat-rapat (vergedering) besar. Pemuda akan diberi didikan oleh bestuur SI
Semarang buat memimpin. Bestuur SI akan berikhtiar supaya mereka bisa dapat
tempat di lokal-lokal SI yang meminta pemimpin mereka dengan dapat belanja dan
lokal-lokal.*52
Sampai dimana kursus-kursus itu, kurang jelas. Tetapi yang
terang niat untuk menyebarkan ide-ide sosialisme ke kota-kota lain telah pernah
dilakukan SI Semarang.
Menjelang pertengahan 1918, persiapan untuk kongres ke-2
Central Sarekat Islam telah mulai diadakan oleh SI Semarang. Didalam sebuah
rapat anggota ditentukan bahwa yang akan mewakili Semarang adalah Semaoen,
Darsono, Kasrin, Kadarisman, Soepardi dan Soegeng. Tugas mereka ialah
memperjuangan keringanan pajak untuk rakyat dan pemberatan pajak buat
kapitalis.*53 Kongres tersebut akan diadakan di Surabaya dari 29 September
hingga 6 Oktober Dengan dihadiri 87 cabang Sarekat Islam.*54 Nada kongres ini, seperti juga kongres ke-2,
bersifat sosialistik. Dan seperti juga di kongres ke-2, pertentangan Abdoel Moeis dan Semaoen barulang kembali. Kongres
berlangsung tegang Abdoel Moeis yang sejak kongres ke-2 diserang kelompok Semarang, kini berusaha menjatuhkan Semaoen.
Pertentangan ini berkisar kepada beberapa soal pokok yaitu:
Agama - Grup Abdoel Moeis agar agama Islam
diperkembangkan. Sedang kelompok Semaoen sudah puas apabila agama Islam tidak
dibelakangkan dari agama lain di Indonesia.
Nasionalisme- Kelompok Moeis menolak pertuanan
bangsa yang satu oleh bangsa yang lain. Disinilah terletak hakekat perjuangan
Semaoen menganggap perjuangan melawan kapitalisme adalah terpokok, walaupun
dalam menghadapi kapitalisme “Bumiputra” dan tuan tanah “Bumiputra”
-35-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Akan digunakan
pertimbangan-pertimbangan.
KapitalismeTetapi kedua kelompok itu setuju bahwa untuk mencapai
kemerdekaan diperlukan penumpukan kapital. Tetapi Moeis ingin supaya kapital
itu dimiliki orang Indonesia. Sedangkan Semaoen ingin kapital-kapital besar
hanya dimiliki oleh koperasi-koperasi. Mengenai perusahaan besar-besar yang
banyak mendatangkan keuntungan, kedua tokoh itu sependapat bila diadakan
nsionalisasi. Bila Moeis masih mengharapkan pemerintah memberi bantuan, Semaoen
hanya percaya pada ikhtiar sendiri.
Lain-lainDalam mengemukakan masalah-masalah, terlihat bahwa
Moeis lebih mementingkan hal-hal umum, sedangkan Semaoen lebih mementingkan
hal-hal rakyat.*55
Pertentangan ini begitu hebatnya
sehingga dibicarakan didalam rapat tertutup pimpinanSemaoen mengancam akan
melepaskan diri dari Sarekat Islam, bila tuntutan-tuntutanya tidak di terima.Dalam
hal ini Tjokro Aminoto banyak memberi konsesi kepada Semarang. Semaoen
dijadikan Komisaris SI untuk Jawa
Tengah, sedangkan Darsono diangkat sebagai propagandis resmi Sarekat Islam.*56
Didalam rapat pimpinan itu juga Semaoen menggugat Moeis sebagai redaksi harian Neratja(sebuah
harian di Jakarta yang membawa suara Belanda), yang disubsidi pemerintah
Belanda. Semaoen berhasil meyakinkan sidang dan mendesak Moeis membuat sebuah
surat pengakuan yang berbunyi:
Bahwa ia
berjanji selamanja menjadi lid bestuur CSI Akan tetap menegakan azas CSI.
Bahwa ia
didalam jabatanja selaku hoofdredacteur surat kabar Neratja,
ia tidak ada perjanjian atau lain kesanggupan bahwa ia tidak didalam pengaruh
penerbitan Neratja dan mempunyai kalam merdika. Tetapi esok harinya juga
didalam sidang tertutup, Semaoen dan Darsono yang dituntut Moeis untuk membuat
surat serupa:
-36-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Bahwa
mereka selamanja menjadi lid bestuur SI akan tetap meneguhkan azasnya SI.
Bahwa
mereka berjanji kalau sekiranja ada perselisihan antara Vice President CSI,
sebelum perselisihan itu disiar-siarkan dalam surat kabar, akan diichtiarkan
supaja perselisihan tadi diputuskan didalam kalanganja bestuur CSI dengan
perdamaian dan sekiranja perlu mereka menjerang didalam surat kabar, merreka
tidak akan menjerang orangnja, tetapi perbuatanja saja.*57
Kongres ke-2 CSI ini akhirnya dapat
berjalan dengan baik, karena kepemimpinan Tjokroaminoto yang tanpa kehadiranya,
maka pertentangan Moeis dan Semaoen tak terhindarkan dan tak terpecahkan.*58 Diantara
keputusan yang diambil Kongres, salah satu yang amat penting bagi SI Semaarang
ialah tekad untuk menentang kapitalisme dengan mengorganisasikan kaum buruh
dikota-kota. Karena dari sinilah tumbuh akar perjuangan mati-matian kaum
sisialis revolusioner dimulai sampai pada tahun 1926.
Catatan
*1-Sinar Hindia, 14
Januari 1919, dinyatakan dalam laporan SI Semarang, mesio Mei 1917- Mei 1918.
*2-Sinar Djawa, 19
November 1917.
*3-Sneevliet lahir pada
tahun 1983 di Roterdam dan setelah menamatkan H.B.S., di kota ia aktif dalam
gerakan buruh kereta api. Selama tahun 1902-1909 ia berselisih dengan Toelstra,
karena Toelstra cenderung pada gerakan sosial demokrat. Dalam tahun 1913 ia
datang ke Indonesia sebagai sekretaris sebuah perkumpulan dagang. Ia sangat
terharu melihat kemiskinan rakyat Indonesia. Dan di Semarang mulai tahun 1914
ia Mengorganisir ISDV, sebuah gerakanSosial kiri Belanda. Karena ia dilarang
berpolitik oleh perusahaanya, lalu ia keluar dari pekerjaanya ini. Sikap
memihak rakyat Indonesia dan kefasihanya berpidato, memungkinkannya mendapat
hubungan yang luas dengan rakyat Indonesia. Ia sering diundang dalam
rapat-rapat dan kongres-kongres perkumpulan nasional dan perlahan-lahan ahirnya
ia mendapat pengikut. Setelah diusir dari Indonesia(1918), kemudian ia berdiam
di kanton sebagai Komintern dan berhubungan dengan Komintern SunYat Sen.
-37-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Konsepsi-konsepsi tentang perlunya
kerjasama antara kaum komunis dan borjuis nasional dalam menghadapi Imperialis,
seperti yang dilakukan di Indonesia (SI Semarang yang sosialis SI lai yang
borjuistis ) sangat mempengaruhi kaum komunis di Tiongkok. Teori-teori Mao Tse
Tunk tentang hal ini banyak dipengaruhi Sneevliet. Setelah Stalin berkuasa di
Komintern. Ia berselisih dengan Stalin (bersama Darsono, Tan Malaka, Tohir dan
lain-lain). Dalam tahun 1942 karena aktivitas-aktivitasnya menentang Nazi is
ditembak mati. Lihat Sinar Djawa, 21
November 1917; kahin , hal.72; D.M koch, on
de vrijheid (Jakarta :pembangunan 1950) hal.50; Winkler Paris Encyclopaidi, Jilid XVI, hal.722, dan wawancara
dengan Darsono,21 Agustus 1964 di Jakarta.
*4-Dalam menyusun gambaran di
kaum Marxis ini, Saga mendapatkan sedikit kesukaran. Mereka tidak mengemukakan
teori ini secara jelas dan sistematis, melainkan hanya menggunakan disana-sini
dalam artikel-artikelnya. Karena itu dalam menyusun sistematikanya saya bebas.
Yaitu dari pidato Semaoen, dalam Sinar
Djawa dan Sinar Hindia.
*5-Semaoen,Persdelict Semaoen (SI Semarang 1919)
hal.17.
*6-Pernyataan Soerjopranoto, Sinar Djawa, 20 Desember 1917.
*7-Semaoen,”Bestuurstelsel dan
Demokratie,” Sinar Hindia, 1 Mei
1918.
*8-Semaoen Persdelict, hal.12.
*9-Loc.cit.
*10-Ibid.hal.17.
*11-Usul Gubernur Jendrak
Stirum agar areal kebun tebu dikurangi 25% ditolak Tweede Kamer.
*12-Pernyataan Darsono, Sinar Hindia , 8 Mei 1918.
*13-Marco, “Comite Indie
Veerbaar”, Sinar Hindia, 2 September 1918.
*14-Semaoen, Ibid, hal.12.
*15-Gatolotjo, “Boeah Pikiran”,
Sinar Hindia, 26 Juni 1918.
*16-Onostrad,”Is did Been
Waarheid” (apa ini tidak betul), Sinar
Ddjawa, 6 April 1918.
*17-Darsono, “Giftige
Waarheispeijlen”, Sinar Hindia, 14
Agustus 1918.
*19-Soal Volkraad, lihat Von
Arx, L’evolution politique en Indonesia
-38-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
(Freinburg: Artiaginelli-Monza,
1914), hal.210-211.
*20-Chadirin, “Pemandangan”, Sinar Hindia, 19 Januari 1919.
*21-Sinar Hindia, 6 Juli 1918.
*22-Catatan kaki tidak
dicantumkan oleh penulis (Ed.).
*23-”Soentoek pada akal”, Soetra Ra’jat (Surabaya)1, No.8, 19
April 1918.
*24
*25
*26-Marco, “Dorongan Oentoek si
Pendjilat”, Sinar Hindia, 28 Agustus
1918.
*27-M.Balfas, Dr.Tjipto Mangoenkoesoemo: Demokrat sejati, (Djakarta: Djambatan,
1957).
*28-Sinar Djawa, 27 Oktober 1917.
*29-Sinar Djawa, 5 November 1917.
*30-Sinar Djawa, 24 Agustus 1917.
*31-Sinar Djawa, 25 Agustus 1917.
*32Ibid.,hal.136
*33-Van Niel, hal.137.
*34-Sinar Djawa, 27 November 1917. Dalam buku ini Van Niel yang
dicantumkan hanya rencana anggaran dasar. Lihat hal.135-136.
*35-Semaoen, “Pikiran atas
Nationale Congres jang kedoea di Betawai”, Sinar
Djawa, 2 November 1917.
*36- Loc. cit
*37-Sinar Djawa, 24 Desember 1917.
*38-Sinar Djawa, 6 Febuari 1917.
*39-Sinar Djawa, 11 Febuari
1917.
*40-Sinar Djawa, 11 Maret
1917.
*41-Sinar Djawa, 13 Maret
1917.
*42-Sinar Djawa, 8 Maret 1918.
*43-Sinar Djawa, 23,24,27,29 April 1918.
*44-Sinar
Hindia, 14, 15 Januari 1919.
-39-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
*45Mengenai
biografi Marco, lihat paper Soe Hok Gie
untuk mata kuliah Sejarah Pergerakan Nasional, Tjatatan Singkat Atas Riwayat Hidoep (1932).
*46-Sinar Djawa, 28 Febuari 1918.
*47-Sinar Djawa, 23 April 1918.
*48-Sinar
Hindia, 30 Juli 1918.
*49-Pada bulan Mei tahun 1918 dari 26.900 anggota SI Semarang, kaum saudagar
hanya berjumlah 100 orang, sedang kelas menengahnya (pegawai negri dan klerk)
hanya berjumlah 150 orang. Yang lainya terdiri dari rakyat Murba. Dimuat dalam
laporan SI Semarang periode Mei 1917-1918, lihat Sinar Hindia, 14-15 Januari 1919.
*50-Van Niel, Hal.142.
*51-Sinar Hindia, 14 Febuari 1918.
*52-Sinar Hindia, 5 Juni 1918.
*53-Sinar Hindia 2 Mei 1918.
*54-Encylopedie Van Nederlandsch
Indie, Lihat Bab Sarekat Islam.
*55-Semaoen,
“Tidak Berobah”, dalam Otoesan Hindia,
18 Oktober 1918.
*56-Van Niel, Hal. 142.
*57-Sidang-sidang tertutup sebenarnya tidak diumumkan.
Tetapi setelah kongres berahir, dikoran-koran mulai timbul cerita-cerita
dibalik layar tentang pertentangan antara Semaoen dengan Abdul Moeis. Koran Neratja membuat ulasan seakan-akan
pendapat Moeis berhasil mendominasi sidang. Demikian pula De Indier (Insulinde)
menyatakan bahwa Semaoen hanyalah alat ISDV. Untuk membantah semuai ini ahirnya
ia menulis sebuah surat pembaca diharia Oetoesan
Hindia, menceritakan “sedikit” jalanya rapat tertutup. Lihat edisi 18
Oktober 1918 dengan judul “Tidak Berobah”.
*58-Amelz, Tjokroaminoto: Hidoep dan Perdjoeanganja. Jakarta: Bulan Bintang, 1952, Hal.112.
-40-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
BAB IV : Dari Kongres Nasional ke-3 Sampai PKI
Pergesseran ke kiri dari
Kongres ke-3 ini, dengan sendirinya berhubungan erat dengan semakin memburuknya
situasi penghidupan rakyat pada umumnya. Tindakan pemerintah terhadap dunia
pergerakan kian lama kian terasa. Snevliet diusir dari Indonesia pada akhir
1917 (1918). Darsono sementara itu
dipenjarakan di Surabaya pada bulan September 1918 karena alas an Presdelict.*1 Walaupun demikian , perjuangan melawan harga
makanan tetap berlangsung dengan hebatnya. Akhir 1918 harga-harga telah mencapai
puncaknya. Misalnya, harga beras dipekalongan mencapai f.16, sepikulnya.*2
Harga ini terang diluar daya beli rakyat. Di Tangerang, pada awal 1919, rakyat
yang “lapar” menyerbu sebuah toko dan menumbulkan insiden-insiden. Bala bantuan
tentara bersepeda terpaksa dikerahkan dari Jakarta. Begitu parah keadaan bahan
makanan, sehingga setiap hari kita membaca berita-berita tentang kelaparan
disurat-surat kabar.
Di Volksraad, Dr. Tjipto
Mangunkusumo berteriak teriak menuntut pengurangan areal tebu dan perbaikan
nasib rakyat. Masalah ini diperdebatkan dengan sengit di dalam dewan. Akhirnya
dating berita bahwa Volksraad menolak ide pengurangan areal tebu dengan
perbandingan suara 10 lawan 20. Sosrokardono yang dalam hal pikiran dekat
dengan kelompok Semarang,*3 merasa begitu kecewa dan menyatakan bahwa Volksraad
bukanya “menjadi” raadnya rakyat (yolks), tetapi raadnya gula (suiker) suiker
raad.*4
Penolakan Volksraad itu
membenarkan pendapat Semaoen bahwa tidak ada gunanya percaya pada niat baik
pemerintah, wakil kaum tebu itu. Hanya pada kekuatan sendirilah usaha membina
pergerakan harus terwujud. Penolakan itu berarti
-41-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Memperkuat kedudukan Semaoen
didalam Sarekat Islam dan kaum yang masih percaya makin terdesak karenanya.
Dalam bulan September 1918,
Sarekat Islam mengadakan lagi sidangnya yang dihadiri oleh pengurus Central dan
para Komisaris Daerah. Sidang diadakan di Surabaya. Tujuanya untuk membicarakan
situasi polotik yang semakin memburuk. Harga-harga semakin membumbung tinggi. Niat
Pemerintah untuk mengadakan perubahan dalam aturan-aturan Pemerintahan,
tekanan-tekanan yang semakin terasa lagi bagi tokoh-tokoh pergerakan, akan
merupakan masalah di dalam siding itu.
Sidang yang diselenggarakan secepatnya itu hanya dihadiri 10 orang, yaitu :
Tjokroaminoto, Semaoen, Soekirno dan Sosrokardono. Anggota pimpinan yang
lainya, seperti Abdoel Moeis, Hasan Djajadiningrat, Moh. Joesoef, M.H.Nizam
Zoeny, Moh. Arief, Wignjadisastra, dan Brotosoeharddjo tidak dapat dating.
Pimpinan Sarekat Islam Medan tidak diundang (tidak sempat), sedangkan H. Achmad
Dahlan tidak member kabar.*5
Didalam siding ini diputuskan
untuk membentuk sebuah badan yang bertujuan menyokong tokoh-tokoh pergerakan
rakyat yang menjadi korban tindakan-tindakan pemerintah. Termasuk mereka yang
berada diluar Sarekat Islam. Badan ini
dinamakan Kas Wakaf Pergerakan Kemerdekaan SI dan diketuai oleh
Tjokrosoedarso. Segera sesudah badan ini berdiri, Semaoen meminta agar mendapat
bantuan keuangan karena ia korban pergerakan. Semaoen juga meminta agar
Sneevliet Diangkat menjadi wakil Sarekat Islam di Nederland. Lagipula ia
mempunyai massa yang dapat menolong pergerakan di Indonesia. Banyak tokoh SI
yang berkeberatan, karena di khawatirkan SI hanya akan menjadi alat dari
Sneevliet. Akhirnya diadakan usul kompromi, yaitu Sneevliet diangkat menjadi
wakil SI tetapi dengan mandat terbatas yang dapat dicabut. Usul itu ditermia
sidang
dengan perbandingan suara 5:4 dan 1 abstain.*6
Persoalan Indie Weerbaar menjadi masalah kembali di dalam
-42-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Sidang ini. Jika pada tahun 1917, Semaoen dikalahkan dengan
mayoritas sedikit, kini usulnya menang. Tjokroaminoto bertanya kepada sidang,
apakah sidang setuju bila ia meminta duduk dalam komite ini. Ia sendiri
menyatakan tidak setuju. Semuanya menjawab tidak, kecuali satu. Perubahan sikap
ini dengan sendirinya berhubungan erat dengan semakin memburuknya situasi serti
sikap Belanda yang “lebih memntingkan tebu daripada rakyat”. Mengenai komisi
Reform dan Komisi Bahan Makanan yang sedang dibentuk Pemerintah, sidang tidak
menyokong dan tidak juga menentangnya. Perihal Radicale Concentratie, Sarekat Islam hanya akan ikut serta bila tuntutan SI dijadikan landasan perjuanganya. Hal
lain yang diputuskan sidang ialah sikap terhadap orang Tionghoa. Yaitu ,bila
ada usul perdamaian dari mereka, usul itu akan diterima(Wwaktu itu Peristiwa
Kudus, dimana rumah orang-orang Tionghoa dibakari dan beberapa orang Tionghoa
terbunuh, masih sedang hangat-hangatnya), dengan syarat mereka ikut membantu
usaha-usaha pergerakan, ikut membantu menghilangkan perbedaan-perbedaan dan
tidak menentang usaha-usaha Sarekat Islam melawan kapitalisme. Usul ini datang
dari Semaoen yang meyakinkan sidang bahwa perjuangan melawan orang-orang
Tionghoa tidak ada gunanya karena musuh “kita” adalah kapitalis. Dengan
diterimanya pendangan Semaoen ini, maka Sarekat Islam sebagai dicita-citakan
untuk melawan pedagang Tionghoa sudah tamat riwayatnya.
Hasil-hasil sidang memperlihatkan bahwa konsepsi-konsepsi
Semaoen menguasai jalanya persidangan. Penolakan atasss Indie Weerbaar,
Perdamaian dengan orang Tionghoa, Pengangkatan Sneevliet sebagai wakil Sarekat
Islam di Nederland adalah perjuangan semaoen yang berhasil baik. Mungkin
ketidak hadiran Moeis telah memperlancar sidang ini. Sebab, jika Semaoen dan
Moeis hadir selalu saja terjadi pertentangan-pertentangan yang sengit.
-43-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Pergeseran situasi kekiri memang merupakan kemenangan Sarekat
Islam Semarang. Tetapi hal ini berarti perjuangan akan semakin berat.
Pemerintah tidak akan tinggal diam. Mereka berusaha menindas pergerakan SI
Semarang. Cara yang dilakukan ialah mengadakan penangkalan-penangkalan
terhadpap tokoh-tokoh sosialis revolusioner. Korban pertama adalah Snevliet
yang sejak 1918 telah diangkat kekapal untuk dikirim balik ke Eropa.*7 Korban
kedua Darsono yang sejak september 1918 telah dikeram dipenjara Surabaya,
dituduh menyiarkan hal yang berisi pernyataan kebencian terhadap pemerintah. Ia
dikenakan 9 Persdelict. Sementara itu
Douwes Dekker juga dituntut Pemerintah karena dituduh menyebarkan surat-surat
selebaran kepada serdadu-serdadu Belanda dengan tujuan menghasutnya. Semaoen
ddituntut karena menterjemahkan tulisan Sneevliet. Padahal pemuatanya diluaaar
tanggung jawabnya, karena tegas-tegas sudah ditulis diluar tanggung jawab
redaksi. Marco, musuh tradisional Belanda, hampir-hampir pula dijerat Asisten
Residen kaarena ia menulis sebuah sajak yang dapat ditafsirkan sebagai anjuran
mengusir kaum “kafir”.*8 Partoatmodjo, Ketua Sekssi Perburuhan SI Semarang yang
juga anggota redaksi Sinar Hindia,
dikenakan Persdelict dan dalam bulan
Mei 1919 ia dihukum penjara 3 bulan.
Penindasan dan penutupan terhadap anggota-anggota SI Semarang
dan tokoh SI lainya yang anti Pemerintah, mungkin sekali ada hubunganya dengan
keputusan-keputusan yang diambil di dalam Kongres Nasional ke-3 CSI. Seperti
kita ketahui, di dalam Kongres ini sudah terdengar suara-suara untuk
mengaktifkan pekerjan dikalangan kaum buruh. Dan sebagai realisasinya, Mei 1919
di Bandung, diadakan Kongres PPPB yang dipimpin Sosrokardono.*9 Di Kongres itu
dicetuskan ajakan kepada sarekat-sarekat buruh untuk memperkuat diri dengan
mendirikan sebuah Vakbond. Usul ini disambut hangat oleh VSTP. Pemerintah
Belanda
-44-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
mulai waspada dan mungkin sekali ada hubunganya antara
penindasan yang keras dengan menangnya ide-ide Sarekat Islam Semarang.*10
Penindasan itu, malah lebih memilitankan Sarekat Islam
Semarrrang. Semaoen terpilih lagi sebagai ketua, sedangkan Marco terpilih
kembali sebagai komisaris dan Pejabat Petua.
Demikian pula Partoatmodjo, terpilih kembali sebagai ketua Seksi
Perburuhan, sedangkan Moh. Joesoef kini
kehilangan kedudukanya. Joesoef kini hanya seabagai penasehat saja.*11
Pada bulan-bulan pertama tahun 1919, penghimpunan massa
diintensifkan. Sarekat Islam Seksi Perempuan di bentuk dan menghimpun 3041
Anggota. Kegiatan ini telah mulai dibina sejak September 1918. Sebagai
perangsang untuk menggerakan kaum perempuan ini, dikobar-kobarkan bahwa di
pasar-pasarpun kaum perempuanpun diperlakukan sewenang-wenang. Oleh karena itu
bergeraklah.*12
Golongan terendah dari msyarakat kota juga tidak dilupakan
oleh Sarekat Islam Semarang. Golongan ini sangat ditakuti oleh orang-orang Eropa.
Golongan kaum Gembel ini, siap untuk mendengarkan “the cry of agitator.”*13
Kaum yang tidak mempunyaaai apa-apa ini dengan sendirinya mempunyai keberanian
yang lebih besar untuk bertindak dan sangat mudah dibakar semangatnya. Atas
inisiatif pimpinan Sarekat Islam, didirikan Sarekat Kere dalam bulan Febuari.
Tujuanya menghimpun orang-orang yang selalu miskin dan tidak punya “bondo”,
tanpa memandang bangsa. Dalam Sarekat Kere ini dihimpunlah gembel-gembel
“bumiputra Tionghoa” yang “tumpah darahnya” di Hindia. Orang-orang kaya ditolak
jadi anggota. Mereka hanya boleh jadi penyumbang. Sarekat Kere ini dipimpin
oleh Kromoloe, Sedangkan aktor intelektualnya ialah Partoatmodjo.*14
Merekapun sadar bahwa kere-kere ini dittakuti oleh
orang-orang kaya.
-45-
EDI CAHYONO’S EXPERIENCE
Komentar
Posting Komentar